Di antara aktifnya industri fashion di Indonesia, pertumbuhan desainer melesat pesat dimana-mana, terutama di lini modestwear, lini ready-to-wear, lini menswear, namun di lini bridal dan high-fashion terlihat pertumbuhannya cukup slow. Mungkin karena lini ini tidak mudah, imajinasi dan kualitas sangat dituntut lebih tinggi dari yang lain, tempat berpresentasi tidak ideal kalau tampil secara kolektif dengan desainer lain, harus show tunggal, di luxury hotel, dan menghadirkan tetamu pilihan. Bayangkan, barangkali aspek-aspek inilah yang membuat calon desainer ‘panas-dingin’ untuk memasuki arena, sehingga yang berani melakukan debut, jumlahnya bisa dihitung dengan sebelah tangan, dan salah satu dari sebelah tangan tersebut adalah Yogie Pratama. Debut presentasinya, dihadiri oleh desainer yang sudah sangat piawai menguasai arena ini, mereka di antaranya adalah Sebastian Gunawan, Adrian Gan, Didi Budiardjo, Eddy Betty, Danny Satriadi, dan Hian Tjen. Apakah ini kode-kode ‘Welcome to the club’ dari kakak-kakak senior? Yang pasti, kehadiran Yogie cukup memuaskan pertanyaan-pertanyaan seperti “mana nih regenerasi desainer di lini ini?”
Kemewahan Coquette Woman yang dihadirkan dari imajinasi tentang larut malam
Koleksi yang dipersembahkan Yogie berjudul ‘MINUIT’, atau tengah malam dalam bahasa Perancis. Memang, kegemerlapan selalu akan muncul maksimal ketika langit malam tiba. “Secara pribadi, saya lebih suka suasana malam, malam membuat saya peaceful,” ujar Yogie Pratama menceritakan awal lahirnya koleksi terbaru yang dihadirkan di The Langham Ballroom, hotel The Langham, Jakarta. Ketika malam tiba, konstelasi di langit berkelap-kelip, memberi kesan gemerlap yang elegan. Koleksi terbaru Yogie Pratama ini terdiri dari 37 rancangan (6 di antaranya adalah wedding gown), menampilkan kepiawaian Yogie dalam menciptakan gaun-gaun yang arsitektural, konstruksi desain yang merampingkan dan meninggikan tampilan pemakai gaun. Yogie mengatakan bahwa sosok wanita di dalam imajinasinya adalah, “Coquette Woman, dia memiliki badan yang cantik, pintar membawakan bahasa tubuh, tetapi lebih mengandalkan fashion.”
Gaun-gaun bertekstur dan bersuara
Gaun-gaun dihiasi dengan tebaran beads, fringe, korsase, dengan pengerjaan berlevel savoir-faire (penguasaan teknik pengerjaan yang unggul), dan permainan pleats pada gaun dengan teknik pembuatan yang ‘the next level’. Pleats atau lipitan dikerjakan dengan tangan secara halus dan rumit, mengikuti lekuk-lekuk tubuh, dilepas di bagian pinggul dan terjuntai ke lantai seolah tidak terjadi lipitan di hulunya. Ada juga pleats yang dilipit berputar membentuk mawar di depan badan, sehingga membentuk tekstur yang indah pada bahan. “Saya suka segala sesuatu yg tekstural, yang ketika diraba bisa membangkitkan imajinasi bercerita. Saya juga suka membuat pakaian yang bersuara ketika dibawa melangkah, entah itu dari suara beading yang berbenturan, atau suara dari ujung-ujung gaun yang terseret di lantai. Saya ingin bukan saja memanjakan mata, tetapi juga mengaktivasi telinga yang memakai”, ujar Yogie Pratama.
Kualitas dari ESMOD dan Ecole de la Chambre Syndicale de la Couture Parisienne
Koleksi ditampilkan dalam set panggung yang menghadirkan suasana sand dune di bawah langit malam. Suasana ini dihadirkan untuk menokohkan gaun-gaun rancangan Yogie Pratama bagaikan bintang gemintang cantik yang turun melangkah dengan elegan. Yogie, lulusan sekolah mode ESMOD Jakarta dan Ecole de la Chambre Syndicale de la Couture Parisienne, mewujudkan imajinasinya bersama The Langham, Jakarta. Hotel yang terletak di Sudirman Central Business District (SCBD) ini merupakan hotel mewah bintang lima yang terletak di kawasan yang strategis di Jakarta Selatan. Tempat derap gaya hidup luxury yang sedang sangat dibicarakan di Jakarta. The Langham, Jakarta , merupakan pilihan yang sangat baik untuk perjalanan bisnis maupun liburan, memiliki 223 kamar dan satu suite dengan pemandangan kota yang megah, juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas kamar berteknologi canggih.