Pelukis dan perupa asal Amerika, Robert Longo, merekam ekspresi ‘sang raja rimba’ itu dengan (bisa dibilang) sempurna. Longo lahir di awal tahun 1953, tepatnya 7 Januari, di Brooklyn, New York. Si bocah lalu dibesarkan di Long Island. Imajinasinya yang hidup diperolehnya dari film, televisi, majalah dan buku-buku komik yang dinikmatinya saat bocah hingga remaja. Kelak, itu pulalah yang lalu mempengaruhi karya-karya seninya hingga kini.
Maka ketika pada 1980-an, ia meluncurkan seri lukisan hitam putih penuh emosi “Men in the Cities”, Longo yang tidak menamatkan studinya di University of North Texas, langsung menjadi buah bibir. Salah satu karyanya dari seri itu pernah muncul dalam film American Psycho (2000). Selanjutnya, karya-karya Longo banyak dinantikan dan diperbincangkan.
Meskipun tergolong ‘bocah kemarin sore’ dalam dunia seni rupa, jejak Longo dalam berkesenian cukup panjang. Ia pernah belajar sculpture pada Leonda Finke, yang mendorongnya fokus pada bidang seni visual. Ia juga pernah menerima grant untuk belajar di Accademia di Belle Arti di Florence, Italy. Ia lalu menempuh pendidikan di Buffalo State College dimana ia lalu berinteraksi dengan para mentor seperti professor bidang seni Joseph Piccillo dan seniman Cindy Sherman.
Tidak habis rasanya memperbincangkan catatan panjang Longo dalam membangun karirnya. Namun yang mengesankan dari Longo pada akhirnya adalah teknik melukisnya. Kecintaannya pada seni lukis tidak pupus meskipun ia mempelajari seni patung secara formal. Justru kian memperkaya tekniknya. Untuk melahirkan karya-karya potretnya yang mampu menampilkan kesan tiga dimensi, Longo tidak sekedar mengoptimalkan pensil atau arang. Longo membuat cetakan dari tanah liat untuk membentuk obyeknya, memotretnya bahkan mendandaninya sehingga ia mampu menangkap gerak dan ekspresi si obyek tanpa takut kehilangan momen. Maka karya-karya arang Robert Longo pun memiliki kisahnya masing-masing.