Please, urusan parfum mahal bukan melulu ada di Paris. Di New York, ada satu jenama luxury perfume yang diam-diam mulai mengakar di dalam gaya hidup milenial. Namanya, Le Labo, perpendekan dari ‘The Laboratorium’, didirikan pada bulan Februari 2006 oleh duo sohib Edouard Roschi dan Fabrice Penot, di Elizabeth Street kawasan Nolita, New York. Ed dan Fab mengumpulkan anggota tim seperti teknisi lab, penuang lilin, hingga pemanen mawar. Mereka bercita-cita untuk menghadirkan kehidupan yang lebih indah dengan memberikan pengalaman sensorial unik lewat wewangian.
Tetesan Dari Kota Ke Kota
Setiap tetes Le Labo diramu dengan kerja tangan, kemudian dipersonalisasi. Parfum utama yang telah diproduksi Le Labo ada 17 botol parfum unisex dan 10 scented candle berbasis kedelai. Formulasinya bebas dari paraben, perwarnaan, dan tidak diuji pada fauna. Dari 17 parfum tersebut terdapat 13 parfum yang dibuat untuk 13 kota dengan karakter scent yang menurut Le Labo sesuai dengan kota-kota tersebut, mereka adalah Tokyo, Paris, Amsterdam, Los Angeles, New York, Dallas, London, Chicago, Moscow, San Francisco, Dubai, serta dua yang terbaru Miami dan Hong Kong.
Sensasi Mouth to Mouth
“We’re influenced by what we like in other fields and other aesthetics, philosophies and products. We are sensitive to the Wabi Sabi philosophy, finding beauty in the art of eternal movement or the art of imperfection,” ujar Ed dan Fab. Le Labo tidak pernah melakukan promosi atau beriklan, mereka hanya mengandalkan obrolan dari mulut ke mulut, yang ternyata cukup berhasil dan tumbuh menguat sehingga di tahun 2014 Le Labo diakuisisi oleh Esteé Lauder.
Foto: Le Labo