Scarf, selembar kain yang berguna untuk apa saja bagi wanita, ternyata tidak semudah itu pembuatannya. Ini yang diceritakan oleh Sutini Goh, saat Ia mulai menciptakan Forest, jenama scarf dan selendang yang berasal dari Singapura, saat makan siang dengan media hari ini di pembukaan butiknya di Plaza Indonesia.
Walau established di Singapura, ternyata Sutini Goh, founder dari Forest, berasal dari Indonesia. Kisahnya berawal di tahun 2018, dengan perjalanan trial & eror dalam membangun jenama scarf ini di tempat ia tinggal selama 20 tahun di Singapura. Hingga akhirnya bisa membuka butik pertamanya di Paragon, Orchard road, Singapura, pada tahun 2019 dan bulan ini butik kedua dibuka di Plaza Indonesia, Jakarta.
Saat berkunjung ke butik Forest, terlihat jelas setiap lembar dari scarf, syal dan selendang yang dibuat memang dikerjakan dengan sangat teliti dan detil. Terutama bagian pinggir yang dijahit menggulung menggunakan tangan. Disini terlihat, Forest sangat menjunjung tinggi craftsmanship dan detil gambar visual pada setiap lembar scarf. Yang paling menarik adalah ilustrasi Candi Borobudur yang dibuat penuh warna dan jauh dari kesan souvenir dan kain tradisional tapi sarat akan detil jahitan tangan yang cermat, material sutra terbaik dan pewarnaan yang prima.
Bicara soal material, Forest menggunakan material sutra dan kasmir terbaik yang ada di dunia. Sehingga, ketika kain-kain ini bersentuhan dengan kulit, akan terasa sangat halus dan lembut. Scarf – scarf ini hadir dalam berbagai bentuk yang bisa disesuaikan dengan penggunaannya, dan juga tersedia aksesoris pelengkap scarf berupa scarf ring yang mempermudah penggunaan scarf untuk berbagai cara dan style.
Foto dok. Forest
