Ketika seorang wanita bersinar dengan kemampuan leadership yang ia miliki, haruskah ia menyembunyikan sisi-sisi lain yang ‘fun’ di dalam dirinya? Kalau melihat ke belakang, 30an tahun yang lalu, self-expression wanita karir lewat pakaian bisa dikatakan langka, umumnya mereka seragam. Mungkin karena waktu itu fashion terlalu fokus pada femininitas dan glamorama, sementara gaya power dressing terlalu konservatif, miskin variasi.
Namun, wanita-wanita leader saat ini, yang datang dari Gen X (mother of all millennials), bisa menghancurkan batasan-batasan ekspresi tanpa harus mencederai keberadaan leadership yang mereka miliki. Tentu saja karena pilihan fashion semakin banyak, termasuk dengan apa yang disajikan oleh label Max Mara dari Milan. Label yang memang mengutamakan pakaian untuk wanita-wanita berkarir progresif dan powerful.
Max Mara menyisipkan gairah Punk, yang disematkan sedemikian rupa dalam gaya pakaian tayloring dan formal. Elemen paling jitu adalah bahan leather, unsur suspender, dan pemilihan bahan English tweed yang memompa kesan powerful dan berwibawa. Coat andalan Max Mara hadir berupa Teddy Coat (warna pink dan maverick camel), Pea, dan duffle coat. T-shirt dan tank, diberi ilustrasi sosok musisi (mungkin queen of Punk, Siouxsie Sioux atau Debbie Harry?). Ilustrasi dibuat oleh François Berthoud, seniman berusia 73 tahun, yang awal karirnya direkomendasi oleh Anna Piaggi untuk majalah Vanity Fair milik Condé Nast.
Foto dab video dok. Max Mara