Sudah sejak lama saya mengikuti karya Iris van Herpen—seorang desainer visioner yang berhasil menggabungkan teknologi mutakhir dan keindahan alam dalam dunia haute couture. Ketika mendengar bahwa Sculpting the Senses akan hadir di ArtScience Museum, Singapore, saya tahu ini adalah pameran yang tidak boleh saya lewatkan. Rasa penasaran yang luar biasa akhirnya terobati ketika saya mendapat kesempatan menyaksikan secara langsung karya-karya luar biasa ini di sebuah ruang seni yang begitu ikonis.

Dipenuhi lebih dari 140 karya haute couture, aksesori, dan instalasi seni kontemporer yang dikurasi secara tematik dalam sebelas bagian, pameran ini menyajikan karya-karya Iris van Herpen dalam konteks yang lebih besar: dari anatomi manusia hingga struktur mikroskopik, dari ilusi visual hingga mitologi dan kosmos.
Detail yang Menakjubkan dalam Desain
Setiap gaun dalam pameran ini adalah hasil eksplorasi mendalam terhadap ilmu pengetahuan dan alam semesta. Dalam bagian Water and Dreams, saya terpukau melihat bagaimana van Herpen memanifestasikan air dalam berbagai bentuk—dari gaun berlapis plexiglass transparan menyerupai gelombang hingga material marmer Jepang (suminagashi) yang diolah menjadi tekstur busana. Karya “Frozen Falls” dari koleksi Syntopia seolah membawa saya menyelami pusaran arus air yang beku dalam waktu.

Di zona Sensory Sea Life, inspirasi dari plankton dan ubur-ubur terlihat nyata melalui detail-detail halus dan teknik laser cutting yang menciptakan gerakan halus di setiap helaian kain. Gaun-gaun ini terasa hidup, seolah bernapas mengikuti gerakan tubuh pemakainya.
Perpaduan Mode, Sains, dan Imajinasi
Salah satu bagian paling menggugah adalah Forces Behind the Forms, di mana Iris van Herpen mengeksplorasi morfogenesis—proses biologis pembentukan bentuk kehidupan. Di sini, saya menyaksikan bagaimana sains bukan hanya jadi inspirasi, tetapi juga bahan dan metode penciptaan. Salah satu karya dari koleksi Earthrise menggunakan plastik daur ulang dan bekerja sama dengan seniman Rogan Brown, menciptakan siluet yang menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dan Bumi.


Bagian Skeletal Embodiment dan Synaesthesia mengajak saya merenungi tubuh manusia bukan hanya sebagai objek mode, melainkan sebagai lanskap emosional dan neurologis. Van Herpen berhasil menerjemahkan sistem saraf dan jaringan tubuh menjadi karya artistik yang menyerupai hasil MRI, namun dengan sentuhan keindahan dan spiritualitas.
Kosmos, Ketakutan, dan Masa Depan Mode
Ketika memasuki zona Cosmic Bloom, saya benar-benar terserap oleh visi futuristik van Herpen. Ia menyatukan peta kuno karya Andreas Cellarius dengan citra dari teleskop James Webb, menciptakan busana yang terasa seperti diciptakan di luar angkasa. Gaun-gaun dalam bagian ini terlihat melayang, memantulkan cahaya seperti galaksi yang sedang berkembang.


Sementara itu, di bagian Mythology of Fear, ketertarikan van Herpen pada Hieronymus Bosch dan mitologi Jepang diwujudkan dalam desain yang menggugah emosi. Bentuk-bentuk hibrida antara manusia dan binatang menciptakan sensasi ketakutan yang eksistensial, namun juga penuh pesona.
Merasakan Masa Depan Mode Hari Ini
Pameran Iris van Herpen: Sculpting the Senses adalah pengalaman yang sulit untuk dilupakan. Karya-karya van Herpen bukan hanya baju, tetapi pernyataan tentang masa depan manusia, hubungan kita dengan alam, dan potensi tak terbatas dari imajinasi yang dibentuk oleh teknologi.



Melalui kombinasi teknik seperti 3D printing, silikon molding, waterjet cutting hingga plissé ala Mesir Kuno, Iris van Herpen menghadirkan semesta baru dalam dunia mode—tempat tubuh, alam, dan mesin bersatu untuk menciptakan keindahan yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya.
Bagi siapa pun yang berada di Singapura hingga 10 Agustus 2025, saya sangat merekomendasikan untuk menyempatkan diri mengunjungi pameran ini. Anda tidak hanya akan melihat busana, Anda akan merasakan bagaimana indra Anda dibentuk kembali oleh pengalaman estetika yang begitu mendalam.