Setelah 7 kali membesut koleksi FENDI couture, kita semakin paham dengan apa yang diusung oleh Kim Jones untuk lini yang paling tinggi di rumah mode Fendi. Kim lebih mengedepankan ide-ide realistis, humanis, di antara ide-ide gempar yang menganggap couture adalah arenanya gaun-gaun aneh, ‘gila’, dan membuat yang memakai cenderung bakal ditertawakan publik. Makanya koleksi yang Kim buatt selalu pragmatis yang terkadang hanya bisa dicerna oleh orang-orang yang tidak ingin jati dirinya dikalahkan oleh jati bajunya. Kegilaan hanya diekspresikan dari supreme skills dan kerja tangan dari para pengrajin di dalam Fendi ateliers, mereka adalah pembordir, pemayet, penjahit, pemecah pola, pemasang fur dan feather, ahli leather, dan dressmaker. Hasil kinerja mereka semua bisa dilihat di koleksi spring-summer couture 2024 ini. Koleksi yang ringan dan modern, bersiluet lurus memanjang, menggunakan bahan-bahan silk gazar yang lembut melayang, dihiasi dengan sematan mohair dan beads. Lalu bahan-bahan maskulin tailoring, memamerkan skill jahitan super presisi pada jaket-jaket tailored berpinggang sangat ramping. Kemudian bahan-bahan finest cashmere yang lembut.
Simplicity yang menyimpan keusilan bondage
“I was thinking about Karl Lagerfeld’s futurism with FENDI,” ujar Kim Jones, Artistic Director untuk couture dan womenswear rumah mode FENDI. Terbayangkanlah jika di masa depan nanti, orang tidak mau lagi berpakaian yang ribet-ribet, menyusahkan, mem’bagong’kan. Yang penting pembuatan bajunya harus sangat unggul. Namun dalam kesederhanaan dan simplicity, apakah tidak ada tersematkan sekelumit kenakalan atau keusilan sama sekali? Manusiawi kan? Pada koleksi ini terdapat banyak aksen-aksen halter, yang strukturnya mengingatkan pada pemakaian baju kaos yang diangkat melewati kepala dan berhenti di belakang leher, tinggal bagian lengan yang membuat kaos bisa tetap bertahan mengikat badan. Aksen ini disertakan ke berbagai rancangan, salah satunya ke gaun ketat lembut berbahan cashmere, aksen tersemat pada bagian pangkal lengan dan dada, dari yang sangat sederhaana bagaikan seutas tali, hingga yang frontal menjadi sepotong bra top. Menurut siaran pers Fendi, aksen ini sebenarnya diserap dari Shibari, salah satu teknik ikat mengikat dari seni erotic bondage Jepang. Hm, nakal ya Kim Jones.