Sebagai orang yang pernah berkunjung ke museum Audemars Piguet di La Brassus, Switzerland, saya merasa ada ikatan emosi saat menuliskan artikel 150 tahun Audemars Piguet ini. Tahun 2025 ini, Audemars Piguet merayakan tonggak sejarah luar biasa, 150 tahun eksistensinya dalam dunia horologi. Perusahaan asal Swiss ini tidak hanya menjadi salah satu produsen jam tangan mewah terkemuka di dunia, tetapi juga tetap setia pada nilai-nilai keunggulan, inovasi, dan keterampilan pembuatan jam tangan tradisional. Tidak banyak yang tahu bahwa Audemars Piguet juga merupakan salah satu jenama jam yang berada di posisi teratas pohon keluarga dan mendominasi semua jenama-jenama jam yang ada di Swiss.

Akar yang Kuat di Vallée de Joux
Vallée de Joux, adalah sebuah desa sunyi di pegunungan Swiss, dimana desa ini merupakan sarang perajin jam tangan terbaik di dunia. Dan hal ini sudah terjadi turun temurun dari ratusan tahun lalu dan menjadi suatu kebanggan keluarga apabila anggota keluarga adalah perajin jam dan artisan pembuat jam. Dan Audemars Piguet lahir dari salah satu tangan para perajin jam di Vallée de Joux, wilayah yang dikenal sebagai pusat keunggulan dalam pembuatan jam tangan mekanis. Jean-Louis Audemars dan Edward-Auguste Piguet, dua visioner di balik merek ini, mendirikan perusahaan mereka pada tahun 1875 dengan tekad untuk menghadirkan jam tangan yang tidak hanya presisi, tetapi juga memiliki keindahan artistik.


Momen-Momen Bersejarah
Selama satu setengah abad, Audemars Piguet telah menciptakan berbagai inovasi yang mengubah lanskap industri horologi. Salah satu pencapaian terbesar mereka adalah peluncuran Royal Oak pada tahun 1972, yang menjadi jam tangan sport mewah pertama di dunia dengan desain revolusioner oleh Gérald Genta. Model ini tidak hanya menyelamatkan industri jam tangan Swiss dari krisis kuarsa tetapi juga mendefinisikan ulang konsep jam tangan mewah.
Selain Royal Oak, Audemars Piguet juga terus berinovasi dengan model seperti Royal Oak Offshore yang lebih sporty serta Royal Oak Concept yang menggabungkan teknologi mutakhir dengan desain avant-garde.

Menjaga Tradisi dalam Era Modern
Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, Audemars Piguet tetap mempertahankan warisan keahlian manual yang diwariskan dari generasi ke generasi, selama 150 tahun. Setiap jam tangan yang diproduksi tidak hanya menjadi alat penunjuk waktu, tetapi juga karya seni yang mencerminkan komitmen terhadap detail dan kualitas.
Lebih dari sekadar manufaktur jam, Audemars Piguet juga aktif dalam dunia seni dan budaya. Melalui Audemars Piguet Contemporary, mereka mendukung berbagai proyek seni kontemporer yang selaras dengan nilai-nilai kreativitas dan inovasi yang mereka junjung tinggi. Salah satunya tentu sudah pernah Anda nikmati di museum Macan, Jakarta, Primate Visions: Macaque Macabre karya Natasha Tontey yang masih berlangsung hinga bulan April mendatang.

Melangkah ke Masa Depan
Perayaan 150 tahun ini bukan sekadar refleksi atas pencapaian masa lalu, tetapi juga momentum untuk melihat masa depan. Dengan terus mendorong batasan teknis dan estetika, Audemars Piguet berkomitmen untuk tetap menjadi pemimpin dalam dunia horologi, sambil menghormati akar tradisional yang menjadi fondasi kesuksesannya.
Dalam dunia yang terus berubah, Audemars Piguet membuktikan bahwa warisan dan inovasi dapat berjalan beriringan, menciptakan karya abadi yang melampaui sekadar fungsi, tetapi juga menjadi simbol keindahan, keahlian, dan keberanian untuk menantang konvensi. Dari sini, kita bisa melihat, untuk bisa mempertahankan warisan, cara satu-satunya adalah dengan menghormati tradisi. Ini adalah kunci untuk membuat suatu jenama menjadi sustainable dan terus diingat.
Buka tautan 150 Tahun AP untuk informasi yang lebih detil.
