Di universe horologi, hanya segelintir rumah mode yang mampu menyatukan keanggunan perhiasan dengan ketepatan waktu. Cartier, salah satunya, dengan kejeniusan kreatifnya, kembali menegaskan supremasinya melalui Tressage—sebuah jam tangan yang lebih dari sekadar penunjuk waktu, namun juga perwujudan seni, warisan, dan sensualitas.

Seperti seorang ilusionis, Cartier mengubah logam dan batu mulia menjadi alkimia visual yang memukau. Tressage melanjutkan warisan ikon sebelumnya seperti Maillon, Coussin, dan Reflection, namun dengan karakter baru yang lebih berani dan skulptural. Dua pilinan emas dan berlian membingkai dial persegi panjang yang dilapisi snow-set diamonds, menciptakan lanskap yang kompleks namun harmonis.
Karya ini mempermainkan kontras yellow gold yang halus bersisian dengan brancard vertikal yang tajam dan berani, sementara strap kulit mengilap menambah lapisan tekstur dan kemewahan. Yang membuat Tressage bukan hanya sekedar jam tangan, tapi berupa patung yang hidup di pergelangan tangan.

Dalam versinya yang paling dramatis, yellow gold berpadu dengan dial hitam pekat dan strap kulit berkilau, menghadirkan daya tarik visual yang kuat dan elegan. Varian lainnya tak kalah memesona: berlian putih bertaburan dalam bingkai emas putih yang berkilau, hingga gradasi safir yang menciptakan efek visual layaknya lukisan berbasis batu permata.
Semangat Jeanne Toussaint—direktur kreatif wanita pertama Cartier yang legendaris—terasa dalam setiap detail. Ia mewariskan pendekatan yang membebaskan material untuk mengeksplorasi potensi maksimalnya, dan Tressage merupakan penghormatan yang hidup terhadap warisan tersebut.

“Dengan Tressage, kami tidak hanya menciptakan jam tangan yang berhiaskan perhiasan, tetapi menyusun ulang seluruh konsep jam itu sendiri,” ujar Marie-Laure Cérède, Direktur Kreatif Perhiasan dan Jam Tangan Cartier. “Kami membentuk volume yang sensual dan tak terduga—jam ini bukan gelang, bukan juga hanya strap kulit. Ia adalah sesuatu yang unik: jam tangan jenis ketiga.”
Cartier Tressage bisa disebut sebagai manifestasi kemewahan yang eksperimental—dan ditujukan bagi siapapun yang melihat waktu bukan sebagai sesuatu yang harus ditaklukkan, tetapi dirayakan, dengan kilauan dan keberanian artistik.
