Mengapa di dalam kehidupan modern saat ini, sulit sekali memperoleh pengertian dan kesetiaan? Sampai-sampai kita perlu memberi punggung kita jadi tameng pelindung tempat panah-panah sosial tertancap. Inilah pertanyaan kehidupan yang menjelma menjadi karya seni rupa dari seniman Rato Tanggela. Rato tengah mempersembahkan karya-karya seninya, berupa lukisan dan patung resin, dalam pameran bersama “The Knigt’s Dreams” di JPLIVE! SPACE Jakarta. Rato mendaulat sosok Si Badi, karakter anjing figurative surreal sebagai pengantar pesan utama keluh kesah, dan harapan masa depan.


Rato dan yang hinggap di tubuh kita
“Lewat Si Badi aku bercerita bagaimana ketika kita menghadapi masalah,” ujar Rato di depan lukisan yang menggambarkan tubuh Si Badi tertancap lima anak panah, dihinggapi dua burung, kakinya terendam banjir. Si Badi masih tersenyum dan berdoa, ia mengenakan outer dan cap ala street style. “Di sini aku mengibaratkan, ketika ada masalah, kegelapan, kita tak perlu melawan, karena mungkin di kondisi kita tersebut, ada sesuatu di sekililing kita, ada yang hinggap di tubuh kita, yang ternyata bergantung sama kita juga. Panah-panah tersebut bisa jadi merupakan tempat tinggal bagi orang lain.”

Si Badi, dicintai, dimengerti, diandalkan
Kanvas-kanvas Rato menghadirkan nuansa street art bertema antropomorfik, yang kerap menjadikan makhluk-makhluk non-manusia, seperti Si Badi ini, sebagai cerminan perilaku, emosi, dan konflik manusia. Dalam karyanya, batas antara realitas dan fiksi menjadi kabur; Si Badi bisa tampak sedang berdoa, membaca, termenung, bahkan memetik gitar. Melalui pendekatan ini, Rato tidak hanya menghadirkan visual yang fantastik dan penuh imajinasi, tetapi juga mengajak kita untuk berefleksi: bahwa bahkan dalam bentuk-bentuk paling asing sekalipun, manusia tengah melihat dirinya sendiri – dengan segala kerentanan, absurditas, dan keindahan.


Warna yang lebih setia
Meskipun karyanya sering terlihat imajinatif dan penuh fantasi, Rato tetap mempertahankan bentuk figuratifnya dengan jelas. Terdapat juga banyak elemen kecil – seperti kunci, sawah, UFO, payung, hingga batang pohon yang telah tertebang – yang dipelintir menjadi narasi sureal dan simbolik. Palet warna terasa membumi, kaya akan earth tone. Kenapa tidak ada warna bright? (Mengingat di waktu yang bersamaan Rato pun sedang berpameran di Hotel 25hours Oddbird Jakarta, dengan Si Badi dan teman-temannya cerah ceria dengan warna-warna vibrant. “Wah warna itu di luar kesadaran, kayak kemaren memang bright banget. Di sini aku mau lebih lugas, lebih dalam, lebih setia, lebih personal. Ini seperti apa yang aku rasain saat ini.” jela Rato.

Buku kecil di JPLIVE!SPACE Jakarta
Pewarnaan Rato ini mencerminkan ketajaman naratif – setiap polesan dan detail membawa makna, dan setiap sapuan warna menghidupkan dunia yang tampak komikal namun menyimpan suara hati dan pertanyaan-pertanyan bisu. Satu hal yang unik, kerap ditemukan buku yang terbuka di beberapa karya. Kenapa? “Aku suka membawa buku kecil dan mencatat, ini juga cara aku membangun hubungan baik dengan orang. Aku mencatat kata-kata yang bagus dari perbincanganku. Misalnya, ketika lagi nongkrong sama Gula, aku dapat insight, aku catat.”


Buku kecil persiapan untuk masa depan
Catatandi buku kecil adalah pegangan hidup bagi Rato, namun di buku tersebut Rato tidak hanya menulis, tetapi juga digambar-gambar. “Buku adalah kumpulan senjataku untuk masa depan, walau masih berantakan,” ujar Rato yang lahir 1990, generasi yang umumnya serba digital. Yang menarik, ketika Rato membuka buku catatannya, dia tidak hanya membacanya, ia membentangkannya selebar kanvas, menghidupkan semua apa yang tercatatan, melakonkannya lewat gerak gerik Si Badi. Kalian bisa bertemu Si Badi dalam pameran The Knight’s Dreams bersama Apin dan Gula, yang berlangsung dari tanggal 16 hingga 31 Mei 2025.




