Tahun-tahun ini adalah masanya Gen Z memasuki usia adulthood, usia yang mulai menggeser power millennial di dunia kerja, dan juga Gen X yang lebih senior lagi. Walau banyak muncul komplen terhadap kinerja Gen Z yang gampang resign dan pindah kerja, namun di usia adulthood ini mereka akan mulai tampil denget sederet pengalaman dari pindah-pindah bekerja tersebut. Walaupun umumnya masih tinggal bersama orantua, mereka sudah mulai memikirkan jenjang pernikahan, ingin berpenampilan lebih respectful, sophisticated, dan berspirit eksplorasi terhadap masa lalu dan masa depan. Gen Z yang lahir di akhir tahun 90an ketika remaja diramaikan dengan citra Britney Spears dan Christina Aguilera yang identik dengan baju croped-top. Pakaian yang kembali berjaya di saat mereka mulai powerful saat ini. “Kami berharap koleksi ini bisa diterima di kalangan yang lebih luas, berjiwa muda, sembari kami meregenerasi minat high fashion ke generasi selanjutnya,” ujar Cristina Panarese dan Sebastian Gunawan, duet desainer dibalik jenama Sebastian Gunawan Signature. Jenama ini baru saja meluncurkan satu koleksi baru yang memposisikan high-fashion agar bisa relevan dengan minat berpenampilan apa yang sedang tumbuh massive di masyarakat.
High-fashion look berdetail dari Jepang
Croped-top menjadi elemen dominan yang muncul di koleksi ini, dibesut ke berbagai high-fashion look. Ide kreatifnya bertumpu pada Jepang yaitu Orukami (Oru artinya lipat, Kami artinya kertas) dan Yukata Kimono khususnya bagian drape dipunggung ketika kimono dipakai secara kasual dan membentuk gelombang yang menggelayut di sisi punggung. Ide ini lalu diterapkan ke prespektif desain pakaian khas Eropa sesuai dengan latar belakang pendidikan fashion Sebastian dan Cristina di Instituto Marangoni, Milan. Maka bertemulah aksen-aksen drape kimono dengan gaun-gaun malam modern, peletakannya bukan saja di sisi punggung, tetapi di sisi depan, hingga menjadi bentuk cocoon dress, dan juga cocoon cape. Rok gelembung yang biasanya ditopang dengan konstruksi petticoat di sisi dalam, kali ini berhasil diciptakan hanya dengan teknik lipatan. Sifat gelombang drape yang simetri di sejumlah rancangan dikontraskan dengan bentuk-bentuk geometrik asimetri seolah hasil bentukan Orukami. Kontras ini membuat rancangan tampil berdinamika, dan relevan dengan minat fashion yang fun saat ini.
Lipatan orukami di tuxedo
Satu hal yang membuat koleksi ini berbeda dan muda adalah, sudah tidak ada gaun-gaun princess dress, gaun-gaun Cinderella, goodbye. Bahkan di tiga gaun pengantin yang dipersembahkan, tak satu pun bergaya princess. Ada satu rancangan yang melesat ke mod look, gaya modern di era 60an. Kemudian, perhatikan gaun-gaun yang rancangannya diserap dari setelan tuxedo. Ada sepotong gaun malam memiliki bagian kemeja putih berbentuk potong Piqué Bib Front layaknya sisi depan kemeja tuxedo. Beberapa rancangan berupa setelan tuxedo yang didekonstruksi, bagian kelepak jasnya diretas, dijadikan ornamentasi lipatan di depan dada, sungguh-sungguh meng-orukami-kan tuxedo. Kedua desainer ini menjelaskan bahwa pada dasarnya formula membuat baju itu sama seperti seni melipat kertas Orukami, yaitu dimulai dengan pembuatan dasar baju atau toile dengan cara melipat-lipat bahan sesuai dengan desain yang diinginkan, lalu hasil lipatan ditransfer ke atas kertas untuk dijadikan pola.
Aksesori lipatan-lipatan
Koleksi Sebastian Gunawan Signature 22024/2025 ini menggunakan bahan-bahan seperti crepe, mikado, tulle, chiffon silk, damage, lace, tweed, shantung, jacquard, leather untuk sarung tangan, dan benang rajut Chenille lembut yang digunakan sebagai pengganti efek fur. Sebastian dan Cristina juga mendesain perhiasan penyempurna rancangan berupa anting, kalung, dan bros, dalam bentuk capung, pita, dan modul, yang siluetnya seolah dari proses Orukami. Perhiasan dibuat oleh Rinaldy A. Yunardi. Presentasi koleksi terbaru Sebastian Gunawan Signature 2024/2025 berlangsung di Grand Ballroom Hotel Mulia Senayan Jakarta.