Menatap figur wajah tersenyum karya Chuanslee, sungguh membuat penasaran. Senyuman yang tak pernah selesai, tersenyum sembari memejamkan mata, menikmati halusinasi dan hayalannya sendiri. Membuat kita cemburu, ingin tahu apa yang dihayalkan, tetapi tak bisa. Figurnya seperti seseorang yang menyimpan satu kabar baik dan satu rahasia buruk dalam satu tarikan napas. Senyuman bahagia hasil dari luka masa lalu, paradoks di dalam mata yang terpejam tapi bukan tidur, melayang di dalam ilusi yang personal.

Senyuman di bawah pohon Apel
Museum of Toys (MoT) kembali mempertemukan kita dengan senyuman-senyuman ajaib karya Chuanslee ini di Art Jakarta Gardens 2025. Kali ini MoT bermain lebih jauh, mengembangkan kreatifitas Chuanslee, membenamkan wajah figurnya ke dalam sebuah apel. MoT menciptakan serangkaian perjalanan cerita buah apel (dalam bentuk patung resin dan karya video). Apel-apel terdapat di pohon resin rendah, bergelayutan dan siap dipetik, di bawah pohon sudah tersedia keranjang anyaman bergaya Eropa klasik yang di dalamnya sudah terdapat pula sebuah apel berwajah tersenyum.

Taman Museum of Toys di Art Jakarta Gardens 2025
Semesta Chuanslee yang diciptakan oleh MoT ini sungguh menyenangkan, deep, instagramable akut, kita seperti diajak memetik apel berwajah paradoks, lalu kita masukkan ke keranjang yang standby di bawah pohon. Wajah dan apel diberi judul “Melora and The Giant Tappuach“, tappuach dari bahasa Ibrani yang berarti apel.

Tanggung Jawab Sebuah Apel
Luxina: Saya lihat Chuanslee lebih happy di koleksi ini?
Chuanslee: Happy sih. Balance sih, Mas.
Luxina: Gak, saya melihatnya happy total. (maksa)
Chuanslee: Kalau keliahatan dari luar (tertawa). Gue maunya balance. Gue masih ada sisi yang masih banyak memikirkan masa lalu.
Luxina: Apa yang terjadi?
Chuanslee: Perjalanan hidup, Gue lihat ke belakang, ternyata Gue udah sejauh ini. Pahitnya hidup Gue sebelumnya kayak apa, masih terasa. Gue adalah orang-orang yang dibentuk dari sakit hati tapi tidak menyerah. Ya begitulah.
Luxina: Apa hubungannya dengan apel?
Chuanslee: Tema apel ini Gue kawinin dari cerita Adam dan Hawa. Ketika Hawa dilarang memetik apel. Intinya, yang Gue lihat dan pelajari, apapun yang dilakukan Hawa, entah mau dicabut buah apelnya atau tidak, tetap tanggung jawabnya ada di Hawa. Bukan di Tuhan. Dan pemikiran gue adalah, Tuhan menciptakan manusia untuk punya akal sehat, gue beranggapan Tuhan tidak melarang, intinya lo bertanggung jawab atas tindakan yang lo ambil. Balik lagi ke kisah nyata hidup Gue, keputusan Gue ketika meninggalkan pekerjaan, memilih seni, adalah sebuah tanggung jawab. Buah apel ini sebuah tanggung jawab dari seseorang dalam mengambil keputusan.
Luxina: Apa tindakan tanggung jawab Chuans?
Chuasnlee: Gue sampai di sini karena, satu tekun, dua terus berusaha.




