Pasca pandemi, dimana semua orang perlahan kembali beraktifitas normal, mulai ingin terlihat berbeda dengan pakaian saat pandemi terjadi. Keinginan pria untuk dress up dan terlihat rapi mulai meningkat, di seluruh penjuru dunia. Desainer fashion dan jenama fashion pun perlahan mengarahkan koleksinya untuk tampil lebih tailored dan dressy, walau tampilan kasual, loungewear, streetwear belum ditinggalkan sepenuhnya, malah melahirkan suatu look cult yang berbeda akibat campuran kedua genre gaya tersebut. Tapi yang jelas, tailoring menjadi acuan gaya yang cukup dominan saat ini.
Sejak Paris Fashion Week pada bulan Juni 2021 untuk koleksi musim panas 2022, trend ini sudah terlihat dengan sangat jelas di beberapa jenama fashion yang biasanya hanya mengelurkan koleksi tailoring sebagai pelengkap dan bahkan jenama fashion yang tidak pernah mengeluarkan koleksi tailoring ikut membuatnya, terutama untukk jenama menswear. Sementara Dior, lewat direktur kreatif nya, Kim Jones, sudah mengelurkan stelan jas tailoring dengan inovasi sampiran selendang pada Januari 2019 untuk koleksi winter 2019/ 2020. Yang mana sekarang seakan semua jenama fashion (pria) ikut membuat sampiran selendang tersebut, terutama di Indonesia. Zegna, Dior, Armani dan Berluti, adalah beberapa jenama fashion yang cukup konsisten dalam hal koleksi tailoring. Yang kemudian pasca pandemi, banyak diikuti oleh jenama dan desainer lain.
Tahun ini, kemunculan pakaian berbasis tailoring, terutama potongan jas dan blazer, hampir mendominasi setiap jenama fashion, baik jenama luxury global hingga lokal di Indonesia. Tampilannya sangat beragam, dari yang membubuhkan dekorasi pada jas dan tailoring, ada yang membuat tailoring tampil modern dan effortless, ada juga yang mengacak konstruksi jas, hingga yang ingin “terlihat tailoring” atau ala-ala kata anak sekarang. Not to mention, masih ada yang memaksa tailoring yang di-styling dengan streetwear. Tailoring tampil dalam berbagai formasi yang sangat beragam, baik untuk pria dan wanita.
Ini karena dalam membuat setelan jas dan blazer, membutuhkan konstruksi khusus yang kompleks untuk mencapai bentuk kesempurnaan tailoring. Jas pada setelah yang juga disebut sebagai jaket, memiliki konstruksi yang kompleks dengan lapisan yang disebut canvas atau sejenis kain keras dengan tenunan jarang yang terbuat dari surai kuda. Yang mana, pada jas modern yang bukan buatan tailor atau dibuat oleh ahlinya, lapisan ini akan dilewatkan. Sehingga membuat jaket pada saat dipakai tidak memperbaiki postur tubuh dan memberikan nilai lebih pada pemakainya.
Demam tailoring saat ini, yang membajiri hampir semua jenama fashion, seakan membuat tailoring menjadi suatu gaya yang trendy. Memakainya dengan berbagai gaya yang sudah menjauh dari koridor tailoring itu sendiri, seperti pembuatannya juga yang sudah tidak mengikuti pakem tailoring. Hanya meminjam istilah dan jadilah tailoring. Pada hal, tailoring adalah gaya hidup dan kebutuhan, yang menyesuaikan dengan occasion, sosial ekonomi dan pekerjaan. Namun memang, masih banyak belum memahami, dengan tetap menjalankan prinsip tailoring, berbagai inovasi pakaian pria masih bisa dicapai. Dan tailoring itu sendiri berarti sesuatu yang dijahit dengan hasil akhir pakaian yang berkonstruksi tegas dan tajam, yang mana ini juga bisa diaplikasikan pada setiap bentuk pakaian pria. Dan tentu saja dikerjakan dengan tangan dan mesin jahit manual.