SEA Junction bekerja sama dengan Asia Justice and Rights (AJAR) menyelenggarakan pameran bertajuk “Cartooning the ASEAN Way of Non-Interference and Consensus” yang berlangsung dari 22 Oktober hingga 3 November 2024 lalu di Bangkok Art and Culture Centre (BACC). Pameran ini menempati dua lokasi: komik di lantai 4 dan kartun di lantai 1, menyajikan karya-karya yang mendorong masyarakat untuk merefleksikan peran ASEAN dalam menangani isu-isu regional.
Konsensus dan Non-Intervensi: Peran Positif atau Hambatan?
Di tengah ketegangan politik, seperti kudeta di Myanmar dan pelanggaran HAM lainnya, prinsip Konsensus dan Non-Intervensi yang dianut ASEAN mulai dipertanyakan efektivitasnya. Konsensus memang membantu menyatukan negara anggota, tetapi sering dianggap memperlambat respons terhadap krisis. “Konsensus sering kali menunda tanggapan, dan beberapa orang berpendapat untuk mengubahnya menjadi pengambilan keputusan mayoritas agar lebih efektif,” jelas pihak penyelenggara.
Kekuatan Kartun dan Komik dalam Menyampaikan Pesan Kritis
Prof. Rosalia Sciortino, salah satu penggagas, menegaskan bahwa kartun dan komik merupakan media yang efektif dalam menyampaikan isu-isu serius dengan pendekatan ringan. Menurutnya, “Kartun dan komik dapat membantu mengangkat masalah-masalah kompleks ini dengan cara yang humoris dan mudah diserap. Juga diharapkan kartunis-kartunis di Asia Tenggara lebih banyak tertarik untuk menperhatikan dan meliputi hal2 yang sifat regional, apa yang terjadi di negara2 tetangga”
Para Pemenang Kompetisi Kartun dan Komik ASEAN
Pameran ini menampilkan karya dari para pemenang Kompetisi Kartun dan Komik “Cartooning the ASEAN Way” yang diadakan oleh SEA Junction dan AJAR awal tahun ini. Gandjar Harta Widodo dari Indonesia memenangkan kategori komik, sementara Kelly Twinkle I. Mangi dari Filipina meraih penghargaan khusus. Karya mereka, bersama dengan karya lainnya, menggambarkan kritik tajam terhadap isu-isu di kawasan dengan elemen visual yang kuat.
Karya Gandjar Widodo
Karya Ganjar mengisahkan kehidupan rukun tetangga di sebuah pulau bernama Asean Love Land, yang dihuni oleh orang-orang ASEAN. Ganjar menggambarkan perbedaan dari bentuk-bentuk rumah adat mereka, dan beberapa ciri khas pakaian adat. Kesamaan dari semua penduduk adalah Ganjar menciptakan bahasa tubuh komikal yang sama, mimik bengong dan kagetnya juga sama. Kemudian mereka juga memiliki tantangan hidup yang sama, seperti kolonalisme, pergolakan dalam negeri, pandemi COVID-19, krisis di Myanmar, serta berbagai pelanggaran HAM menyoroti pertanyaan mendasar tentang siapa yang sebenarnya dilayani oleh ASEAN. Karya-karya Gandjar dan karya pemenang lain dipamerkan untuk menggugah masyarakat agar berpikir kritis.
Cara jitu dan kaum muda bergiat kartun
Ganjar Harta Widodo, sebagai pemenang dan juga Sarjana Seni dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta, mengatakan; “Sebenarnya cara jitu suatu kampanye selain melalui film, drama, sinetron atau wayang media komik juga bisa menjadi sarana itu, sayangnya para pemilik modal tidak melihat peluang itu sebagai satu saran yg berbeda.” Ia juga menyampaikan kepada kaum muda untuk semakin bergiat menggalakkan kartun dan komik. “Kaum muda pembuat komik juga diharapkan tidak terjebak pada trend yg sama dalam berkarya komik. Seperti contoh adalah trend komik “manga”. Baiklah, tidak masalah jika sementara waktu komikus terjebak pada trend ini, tapi ingat bahwa seniman juga harus memilki gaya sendiri karna ciri khas itu akan sangat kuat pengaruhnya pada hasil akhir sebuah karya”
Harapan untuk Lebih Banyak Kartunis Tertarik pada Isu Regional
Prof. Rosalia juga menambahkan harapannya agar kartunis Asia Tenggara semakin memperhatikan isu-isu lintas negara. “Juga diharapkan kartunis-kartunis di Asia Tenggara lebih banyak tertarik untuk memperhatikan dan meliputi hal-hal yang sifatnya regional, apa yang terjadi di negara-negara tetangga,” ujarnya. Keterlibatan para kartunis ini diharapkan dapat membangun kesadaran kolektif terhadap isu ASEAN. Melalui pameran ini, SEA Junction berharap bisa mengajak publik untuk memahami isu-isu yang selama ini jarang dibahas secara kritis. Dengan cara ini, kartun dan komik menjadi media yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik, memperkenalkan prinsip-prinsip ASEAN melalui ilustrasi yang menarik dan mengundang refleksi mendalam.