Diantara sekian banyak rumah mode, label dan bran, Hermès adalah bran paling legendaris dari Paris. Bran ini selalu bercerita tentang betapa chic-nya orang-orang (asli) Paris yang sadar akan penampilan. Selalu konsisten mengusung DNA equistrian dalam setiap koleksi dan mampu menjadikannya sebagai ide yang selalu tampil berbeda pada setiap musim.
Nadège Vanhee-Cybulski selaku direktur kreatif untuk Hermès womenswear, pada presentasi kali ini di pekan mode Paris fall/ winter 2018 membuat sebuah koleksi yang sedikit misterius. Setting venue saat berjalannya show yang menggunakan asap dry ice mengungkapan sisi tersebut. Warna oranye gelap pada runway hingga latar belakang dedaunan.
Koleksi musim gugur/ dingin yang berisi varian jaket, coat, shearling jacket dan cape ini hadir dengan ornamen patch. Patch tersebut hadir dalam bentuk kantong tempel dan tersembunyi. Setiap tampilan memberikan pesan power dressing yang kental. Potongan yang mengikuti lekuk tubuh namun tidak ketat dan masih terlihat efek kerut dibagain tertentu yang menjadikan koleksi ini naturaly stylish.
Material kulit tentu saja adalah yang utama pada koleksi ini. Rok, celana, shift dress, jaket hingga coat kulit mengeluarkan aura kualitas kulit terbaik dari Hermès. Tekstur pada fur coat adalah hasil cukuran agar menghasilkan efek garis dan shearling jacket dengan material suede yang sangat halus. Sutra, merino wool dan kasmir diolah menjadi sweater rajut dan jaket cape dengan warna-warna natural seperti moka dan hijau.
Palet warna yang terdiri dari merah, hitam, hijau, coklat, krem dan abu-abu tampil dalam gradasi yang lembut tapi tegas. Secara keseleruhan, koleksi ini mungkin ditujukan untuk wanita feminin yang memiliki sisi maskulin dan berposisi kuat. Jelas terlihat serangkaian boots pada setiap tampilan mewakili sesuatu yang kuat dan kokoh, namun tidak berkompromi lewat kualitas.
Foto Indigital.tv