Colin Jones, adalah seorang penari balet yang menjadi fotografer pada awal abad 20. Ia banyak memotret kehidupan sosial hingga kondisi perang saat itu. Foto yang paling membuatnya merasa ikatannya paling kuat adalah foto-foto Rudolf Nureyev, seorang penari balet pria paling berpengaruh. Keponakannya, Kim Jones, yang seorang direktur artistik untuk rumah mode Dior, khususnya koleksi pria, menyimpulkan keterikatan ini, yang mana Dior juga memiliki keterikatan besar terhadap seni tari balet. Maka jadilah Dior men’s winter 2024 ini sebuah koleksi couture pria berbasis estetika penari balet pria ketika on duty dan off duty, di panggung dan belakang panggung.
Yes! Ini adalah pertama kalinya Kim Jones mempersembahkan koleksi couture pria pada koleksinya. Selain itu, koleksi ini bersih dari motif Dior oblique sehingga membuatnya sangat subtle dan sebaliknya, Kim Jones banyak menggunakan stitching canage Dior sebagai statement pada tas dan sepatu. Kali ini, logo minggir dulu. Ke-subtle-an ini membuat keseluruhan koleksi terlihat sangat relate dengan kehidupan sehari-hari. Penggunaan material wool dan katun poplin bergaris (stripes) yang merupakan pakaian sehari-hari Monsieur Dior, adalah paling favorit Kim Jones, hadir dalam berbagai warna monokrom yang di kombinasikan dengan warna-warna primer dan sekunder sebagai efek kejut pada setiap look. Efek kejut pada permainan warna inilah yang menjadi karakter kuat Kim Jones. Material lain yang sangat menyolok adalah sutra, kasmir dan kulit, termasuk kulit eksotik, yang dieksplor pada tas, sepatu hingga atasan.
Salah satu fakta dari koleksi couture ini adalah hadirnya beberapa look yang mengenakan kimono. Kimono ini menggunakan fabric yang dibuat oleh artisan Jepang dengan menggunakan teknik Hikihaku. Yaitu teknik kuno untuk menenun benang yang menggunakan emas yang biasanya digunakan untuk Obi dan Kimono berkualitas tinggi. Fabric ini hadir dalam beberapa look kimono, cape dan atasan yang dibuat dengan teknik couture.
Sementara untuk siluet, Kim Jones mengambil estetika berpakaian penari balet pria saat on duty dan off duty. Jadilah jump suit pendek dan celana pendek dengan mulut yang lebar, seperti celana latihan agar kaki bebas bergerak kemanapun. Kemudian stelan jas, jaket tailoring, coat dan kemeja, menjadi padu padan pada setiap look yang menghasilkan tampilan luxury. Jaket utility dengan fungsi sebagai dalaman dan outer tak kalah menjadi perhatian Kim Jones, yang membuat koleksi ini sangat maskulin.
Palet warna, Kim Jones banyak menggunakan warna monokromatik dengan kejutan warna pada kaos kaki, sepatu dan blok warna pada beberapa potong pakaian. Yang membuat koleksi ini begitu fun tapi sangat berkelas. Sepatu dibuat dengan model balerina, tapi dengan model Mary Jane yang masih aman dengan tampilan maskulin. Hiasan kepala yang selalu ada pada setiap koleksi Dior (termasuk Dior Men), kali ini dibuat oleh milliner Stephen Jones dari inspirasi headband Rudolf Nureyev saat berlatih. Headband dan turban baret, headband diibaratkan untuk latihan, sementara baret turban yang dibuat dengan model terikat pada bagian kiri kanan yang dikenakan dengan attitude miring yang disebut dengan crumpled turban diibaratkan untuk situasi performing on stage. Komposisi antara volume, fabric, kombinasi warna dan sepatu, semua terlihat sangat sempurna yang memperlihatkan kemampuan Kim Jones dalam mengarahkan tim desainernnya di atas rata-rata.
Fashion show ini berakhir dengan klimaks dengan plot twist panggung yang berputar dan naik sehingga terlihat seperti stage konser dann kemudian turun lagi seperti awal. Kim Jones selalu mampu menyajikan penggunaan teknolgi untuk presentasi fashion-nya yang identik dengan kompleksitas teknikal. Yang mana ini biasanya dikuasi oleh kaum pria yang membuat setiap koleksinya relevan dengan pria.