“It is the time for you to shine and become a trendsetter, not follower. Make Indonesia proud of you and be proud as an Indonesia”, satu petikan kalimat yang bertenaga dari kata sambutan yang disampaikan oleh Ibu Megawati Soekarnoputri sebelum Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul mempersembahkan ‘Exotic Journey to Nusantara’, satu fashion show virtual yang menampilkan kristalisasi pemikiran Samuel Wattimena tentang aspek berkelanjutan dari rupa fashion dan wastra Indonesia. Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Bapak Umar Hadi, membuka acara dengan wajah gembira dan bangga, mempersembahkan satu potret Indonesia lewat fashion yang disaksikan oleh lebih dari 350 tamu virtual (sebagian besar warga Korea Selatan), Duta Besar Indonesia untuk Vietnam dan Brunei, tim desain Hian Tjen (fashion designer muda Indonesia peraih Emerging Talent Milan 2020), komunitas Seoul Design Foundation, dan juga Mr. Sohn Kyung-Shik, President CJ Group (grup usaha global dari Korea Selatan yang bergerak di bidang entertainment & media, food & beverages, biotechnology & pharamaceutics, home shopping & logistic).
Kain Yang Timeless & Aging Gracefully
“Kain tradisional adalah warisan penting bagi setiap negara,” ujar Samuel Wattimena sebelum fashion show diluncurkan. “Setiap kain memiliki cerita tersendiri. Mereka timeless, dan sustainable. Berkelanjutan adalah aspek paling penting di dalam industri kreatif. Aspek ini menjadi highlight tahun ini karena tahun 2021 adalah International Year of Creative Economy for Sustainable Development. Setiap karya yang bagus mungkin akan menua, namun karya yang beraspek sustainable akan aging gracefully. Keindahan mereka akan ajeg dari masa ke masa.” Untuk memperkuat statement tersebut Samuel mengetengahkan karya-karya yang ia desain dari tahun 1980 hingga 2021 dalam serangkaian kreatifitas yang sudah teruji waktu dan yang terbaru. Rancangan menggunakan aneka wastra seperti Batik, Songket, Tenun Ikat, Tapis, Lurik, dan Jumputan, dikembangkan dari khasanah pakaian-pakaian nusantara seperti beskap, sarung, celana sarung, baju kutung, baju kurung. Samuel juga mencontohkan bahwa dengan sedikit kejelian masing-masing wastra nusantara ini mampu saling bersandingan, dan saling complimenting (termasuk ketika dimainkan dengan teknik patchwork). Keindahan setiap wastra diimbangi dengan eksekusi perfect finishing dan komposisi. Untuk perhiasan, koleksi ini dipercantik oleh perhiasan-perhiasan nusantara yang diujudkan oleh The Palace Jeweller.
Aspek Baik Dari Exotic Journey to Nusantara
Banyak aspek-aspek menarik juga dari acara ‘Exotic Journey to Nusantara’ ini. Sebelum pandemi melanda bumi, ada banyak duta besar Indonesia di berbagai negara memperkenalkan wastra Indonesia, dengan usaha yang besar, mendatangkan tim fashion dan pewastra Indonesia ke negara tempat Duta Besar berada, setalah pandemi merebak otomatis usaha-usaha tersebut berhenti. Namun tidak bagi Bapak Umar Hadi, masa social distancing dan stay at home ini adalah kesempatan baginya untuk memperkenalkan Indonesia dengan cara bagai memetikkan jari, memanfaatkan teknologi dengan hasil yang to the point dan fokus. Semoga langkah ini menginspirasi banyak KBRI-KBRI lain di setiap belahan bumi. Dari sisi desain yang dipresentasikan Samuel Wattimena, kita semakin menyadari bahwa sejak dulu kreatifitas seni sandang (fashion) tradisional di Indonesia sudah berwawasan sustainable fashion, dipintal dan diwarnai dengan alam, diciptakan berdasarkan kemampuan dan kebutuhan, lalu didesain berdaya pakai sangat tinggi, menembus waktu, melampaui trend, hingga bisa diwariskan ke generasi-generasi di masa depan.
Foto: Samuel Wattimena