Dalam rangka membangkitkan kembali warisan dan keindahan batik khas Mangkunegaran, Pracima Tuin disponsori oleh Bank Mandiri, serta didukung oleh Telkomsel melaksanakan kegiatan bernama “ANGŚUKAYANA”, kata ini berakar dari bahasa Jawa Kuno, angśuka berarti wastra atau kain, dan yana berarti perjalanan, sehingga Angśukayana bermakna lembar wastra yang sarat akan makna dan berkembang bersama dengan perjalanan waktu. Kegiatan berlangsung di Pura Mangkunegaran, utamanya di Pracima Tuin, atau Taman Pracima, terdiri dari acara seremoni pembukaan berupa Royal Heritage Dinner, Pameran Batik Angśukayana yang berlangsung dari tanggal 29 Oktober hingga 18 November 2023, dan puncaknya adalah Pagelaran Busana Angśukayana, yang berlangsung di hari pembukaan pameran.
Acara dimulai dengan Royal Heritage Dinner bersama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkoenagoro X. Dengan persembahkan hidangan warisan keluarga raja-raja Mangkunegaran, dalam sebuah momen yang memadukan kemegahan suasana Mangkunegaran dan dekap manis kebudayaan Jawa. Makan malam berlangsung di tengah taman, menghadirkan pengalaman yang mengaktivasi indera. Tetamu bersantap di tengah-tengah estetika tata Pracima Tuin yang memanjakan mata, menghirup aroma beragam kembang, menikmati cita rasa hidangan dari Pracimasana, sembari mendengarkan alunan musik gamelan nostalgia Mangkunegaran persembahan Kawedanan Panti Budaya Mangkunegaran dan performance dari Endah Laras & Woro.
Pagelaran busana dari sejumlah anggota keluarga Mangkunegaran
Pagelaran Busana Angśukayana merupakan ekspresi dari perjalanan panjang budaya Batik Mangkunegaran yang tak lekang oleh waktu. Diperagakan oleh sejumlah anggota keluarga atau Sedherek Dalem dan Sentana Mangkunegaran yang dibuka oleh Gusti Raden Ajeng Ancillasura Marina Sudjiwo, lalu dilanjutkan dengan penampilan dari K.R.Ay Endang Yamin yang mengenakan kebaya dan kain batik motif Candi Mulya. R.Aj. Rania Ameera Moeljono, mengenakan kain batik motif Udan Liris Pethak. R.Ay. Shelomita Sulistiany Diah Hadju mengenakan kain batik motif Kukila Gringsing Latar Bledhag. R.Ay Andrini Kusumahapsari mengenakan kain batik motif Ukel. Kain-kain yang dikenakan ini adalah koleksi Sedherek Dalem dan Sentono Mangkunegaran. Pagelaran busana Mangkunegaran ditutup oleh Gusti Pangeran Haryo Paundrakarna Jiwa Suryanegara, dilengkapi juga dengan peragaan busana koleksi batik Iwan Tirta Private Collection oleh model-model, mengenakan batik dengan motif-motif flora bagai kembang setaman yang terinspirasi dari keindahan Pracima Tuin Mangkunegaran dengan setiap stilasi bunganya dibuat berukuran besar.
Pameran dan sosok seniman dibalik Batik Mangkunegaran
Pameran Batik Angśukayana berlangsung di Balai Sisworini, yang terletak di sisi timur Pracima Tuin. Pameran memaparkan sejarah batik Mangkunegaran yang tidak lepas dari sejarah batik Mataram Islam yang kemudian berkembang di dalam keraton Mangkunegaran. Perkembangan ini tak lepas dari peran istri-istri raja yang tengah memimpin. Seni batik dilakukan bersama-sama dengan para seniman batik yang berdedikasi tinggi terhadap seni batik Mangkunegaran. Mereka antara lain, Gusti Kanjeng Putri Mang koenagoro VIII (1923 –1978), permaisuri dari Mangkoenagoro VIII, ia sangat menggemari batik, koleksi batik-batik yang ia miliki mengilhami para seniman batik di kalangan Mangkunegaran untuk menciptakan motif-motif batik yang variatif. K.R.Ay. Praptini Patraningrat (1903-2004), seorang seniman batik Mangkunegaran yang melanjutkan tradisi batik Kanjengan yang dikenal dengan proses dan teknik pembuatan yang sangat halus. Beliau banyak menghasilkan motif yang menjadi motif Mangkunegaran, seperti motif Semen Wijayakusuma Latar Cemeng, motif Semen Kokrosono Parang Kumudawati, dan motif Parang Rusak Mangkunegaran. Nyi Tumenggung Mardusari (1909-1993), salah satu Garwa Ampil, atau selir dari Mangkoenagoro VII. Ia memiliki keahlian dalam bidang seni tari, sinden, dan membatik. Ia telah menciptakan motif batik seperti motif Sari Ngrembaka, Pakis, Sari Madu, Peksi Huk, dan Gabah Sinawur.
Sosok ketiga wanita di atas menambah cerita perjalanan Batik Mangkunegaran, petikan cerita mereka
terdapat di antara 26 helai batik yang dipamerkan. Kain-kain yang menjadi ciri khas batik Mangkunegaran, yaitu bentuk polanya yang kompleks dan didukung dengan penggunaan warna-warna yang cenderung cokelat kekuningan, warna memberi kesan anggun, elegan, dan kokoh. Batik Mangkunegaran peka terhadap modifikasi, kreasi yang telah dikenal antara lain motif Buketan Pakis, Parang Gondosuli, Grinsing Dahlia, Semen Wijayakusuma, Ceplok Gusti Putri, Sari Madu, dan lain-lain. Seusai perhelatan Royal Heritage Dinner, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkoenagoro X, atau K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X berharap bahwa dengan kegiatan ini ia bisa mengajak masyarakat untuk semakin mengedepankan budaya negeri sendiri. “Batik merupakan budaya serta identitas kita, yang senantiasa perlu kita bentuk, lestarikan serta kembangkan. Angśukayana merupakan titik awal untuk membumikan kembali warisan budaya batik milik kita bersama,” ujar K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X.