Tidak banyak desainer fashion di Indonesia yang merancang pakaian melalui proses riset yang mendalam. Mendalam dari artian mencari makna dari pakaian tersebut hingga inspirasi apa yang harus diangkat untuk merancang satu koleksi. Auguste Soeasatro, desainer fashion Indonesia dengan labelnya Kraton yang established di New York, Amerika Serikat, 15 tahun lalu, membuka eksibisi fashion Force of Subtleness, yang membeberkan proses pembuatan setiap pakaian yang ia rancang di Plaza Indonesia pada pertengahan Agustus lalu.

Pada jumpa pers, Auguste menjelaskan eksebisi ini akan memaparkan sejarah budaya Cina yang masuk ke Indonesia, yang diwakili oleh keluarganya. Bahwa nenek moyangnya yang berasal dari daratan Cina kemudian menikahi perempaun Jawa, dengan latar belakang pedagang Cina yang merantau semuanya adalah laki-laki yang kemudian berkeluarga dengan perempuan Jawa, maka dari itu lahirlah budaya Peranakan. Budaya Peranakan ini kemudian berkembang menjadi sebuah budaya baru yang mencakup pada hampir seluruh gaya hidup pada saat itu. Mulai dari makanan, arsitektur bangunan hingga fashion atau pakaian.

Bergerak dari sini, Auguste mengangkat sejarah jawa yang mengalir dari keluarganya, dengan membuat berbagai bentuk pakaian dari potongan beskap yang sudah dimodifikasi. Modifikasi ini memakan waktu yang cukup lama karena Auguste melakukan riset terhadap semua elemen pakaian tersebut. Seperti elemen kerah dan lengan baju. Bagaimana agar modifikasi ini tidak merusak nilai sejarahnya namun tetap mampu mencapai estetika yang diinginkan Auguste sebagai sepotong pakaian. Selain itu, Auguste juga memamerkan bentuk-bentuk pola pakaian yang pernah ia buat. Pola-pola ini juga adalah hasil riset yang mendalam, yang membuat pakaian buatan Auguste memiliki karakter yang berbeda dari desainer lain.

Salah satu signature pola Auguste adalah desain minimalis yang ia ciptakan sendiri. Minimalis dalam artian pada desain dan pola tapi tidak pada teknik jahit dan material yan digunakan. Auguste menciptakan pola pada selembar kain yang ketika kain ini dijahit akan menjadi atasan berupa jaket, atau gaun dan bahkan celana, dan mengingat Auguste juga mengenyam pendidikan Arsitektur, maka pola-pola ini terlihat jelas berbasis konstruksi arsitek. Ia menggunakan pola pada satu lembar kain untuk membuat satu potong pakaian tanpa memotong dan memisah kain tersebut. Dan ini diakui Auguste memakan waktu yang sangat lama untuk menemukan formula pola yang tepat untuk akhirnya bisa menjadi sepotong pakaian sempurna seperti yang ia mau.
Semua ini dinarasikan dengan sangat baik oleh Auguste pada eksebisi yang akan berlangsung hingga 10 September mendatang di The Warehouse, Plaza Indonesia. Lebih dari itu, Auguste membeberkan rahasia dapurnya, dengan membagi ilmu fashion, yang pada prinsipnya fashion tidak seperti yang dipikirkan oleh kebanyakan orang, sebagai pelindung tubuh. Tapi jauh lebih besar dari itu.
