Membuat janji dengan seniman senior satu ini, tidaklah begitu sulit. Lewat seorang teman, yang cukup kenal dekat dengan beliau, saya akhirnya berhasil membuat janji dengan Eddie Hara, untuk melakukan sesi interview di studionya di Basel, Switzerland, disatu siang musim panas di bulan Juli lalu. Seniman lukis empat dekade ini terlihat lebih muda dari umurnya, apalagi gaya berpakaiannya yang persis karyanya, full color, anting-anting, serta gaya rambut skin head yang beruban. Membuat karkaternya begitu berbeda dari orang kebanyakan.
Setelah menunggu sekitar lima menit-an di depan pintu, akhirnya pintu terbuka, yang dibuka sendiri oleh Eddie Hara. Studionya berlokasi di sebuah bangunan apartemen low-rise, yang mana kalau ada tamu, maka pemilik unit-lah yang harus membuka pintu. Dan kebetulan Eddie Hara yang tidak ber-asisten, turun dari lantai unit-nya di lantai 3, untuk mempersilahkan kami masuk. Kami masuk, melewati halaman parkir yang tidak begitu besar, naik ke studionya yang kurang lebih berukuran 30 x 50 meter persegi. Sebuah unit studio dengan satu ruangan besar yang digunakan sebagai workshop melukis, gudang, kamar mandi dengan koridor kecil untuk melalui semua ruangan tersebut. Tidak ada kesan glamor tapi kental dengan berbagai art pieces bukan hanya lukisan karyanya, tapi juga sculpture dan berbagai media yang pernah dikerjakannya. Bahkan hingga di dalam kamar mandi-pun, penuh dengan karya seni.
Eddie Hara mempersilahkan kami duduk, yang kemudian menawarkan minuman dan menghidangkan champagne yang dituang sendiri olehnya. Setelah itu obrolan berjalan dengan alami dan santai, tanpa berkesan wawancara.
Eddie Hara, sudah menetap di Basel, Switzerland selama lebih dari 20 tahun, dan masih terus produktif berkarya. Ia juga sering melakukan pameran di berbagai negara Eropa dan kolaborasi lintas disiplin seperti fashion dan musik. Yang terakhir, pada bulan September 2021 lalu, Eddie Hara melakukan aksi melukis langsung (live painting) di ruang publik di Basel, Swiss, yang diinisiasi oleh Ramstein Optik. Eddie Hara melukis selama tiga hari berturut-turut di tugu – tugu kota Basel yang berdiri sepanjang kurang lebih 3 kilometer. Lukisannya yang unik beraliran ekspresionis dan surealis, membuat karyanya berbeda dan berkesan playful di antara keseriusan negara Switzerland yang identik dengan bankir dan investasi.
Saat ditanya apa saja yang akan dibawa untuk Art Jakarta 2022 nanti, Om Eddie, begitu dia disapa, mengatakan “Saya sudah menyiapkan beberapa lukisan untuk tiga gallery di Jakarta. Dan saat ini sedang menyelesaikan satu lukisan lagi yang sudah rampung 90%”, jawabnya sambil tangannya menunjuk pada sebuah lukisan berukuran besar yang ada di hadapan kami. Kemudian saya bertanya lagi, bagaimana membuat karya? Sementara seniman kan, sepengetahuan saya, selalu menunggu inspirasi baru membuat karya. Apalagi dengan karya yang tidak lazim seperti yang dibuat oleh Eddie Hara. “Ya harus professional! Jawabnya sambil tertawa. Mau tidak mau, saat ini kita harus bisa mengikuti timeline dan dead line untuk membuat karya. Apalagi kalau sudah berhubungan dengan pameran dan eksebisi”, jawabnya singkat.
Kemudian saya tanya lagi, terus gimana dengan inspirasi? Apa bisa datang begitu aja? Om Eddie mendapatkan inspirasi dari mana? “Inspirasi bisa dari mana saja. Selama saya mendengarkan musik dan bertemu orang-orang, inspirasi saya pasti akan mengalir terus”, tambahnya. Jadi pengaruh musik sangat mendominasi dalam karya Om Eddie? “Sangat! Saya sangat tertarik dengan musik dan sub kultur”, jawabnya tegas. “Musik metal, musik alternatif dan kehidupan anak-anak muda. Saya sering membandingkan group musik seperti Rolling Stones, Airon Maiden, yang mana usianya sudah 70-an, tapi musiknya masih disukai oleh anak-anak muda. Dan ini kenapa? Dalam dunia seni rupa sangat bertolak belakang, disaat seorang seniman berusia muda, ia akan sangat produktif, tapi ketika berusia 70-an, merasa sudah harus pensiun dan berhenti berkarya. Ini yang sangat saya hindari, makanya saya sangat terinspirasi dengan seniman musik, yang tidak mengenal kata pensiun”, kata Om Eddie sambil meminum champagne-nya. Selanjutnya obrolan mengalir dari topik seniman “gila”, gallery seni, hingga topik diluar seni rupa, mulai dari musik, gaya hidup di negri orang, sampai perubahan penggemar karya seni dan cara transaksi karya seni yang saat ini didominasi oleh generasi muda. Percakapan berakhir dengan habisnya champagne di gelas, yang kemudian kami sama-sama turun untuk keluar dan Om Eddie juga sudah harus pulang. Di bawah, Om Eddie memasukan tote bag bawaannya ke dalam keranjang sepeda, memutar arah sepeda ke arah luar yang kemudian kami berpisah arah dan say good bye.
Eddie Hara akan memamerkan karya terbarunya di Art Jakarta 2022 pada tiga gallery yang akan dibuka pada 26 Agustus 2022. Karya-karya ini semuanya dibuat di studio Eddie Hara di Basel, Switzerland dalam berbagai ukuran dan masih dengan aliran yang sama, ekspressionis dan surialis. Klik tautan ini untuk informasi lebih lanjut.
Fotografer: Ghozali Rambo