“Misi utama Arab Fashion Week adalah menciptakan platform internasional untuk desainer berbakat di lokal dan regional, untuk mengembangkan komunitas mereka dan mendapatkan berbagai kesempatan,” ujar Khadija Al-Bastaki kepada Arabnews.com. “Kami berusaha untuk memberikan ekosistem yang memungkinkan tempat mereka dapat menginspirasi, berinovasi, dan memikirkan kembali hal-hal yang biasa dilakukan untuk dapat diterapkan dalam skala global,” kata Al-Bastaki yang berposisi sebagai Executive Director dari Dubai Design District tempat berlangsungnya Arab Fashion Week (AFW) kali ini. AFW yang berkolaborasi dengan META (Facebook) ini diikuti 27 jenama, 8 jenama di dalamnya dikategorikan sebagai ‘Ready-Couture’. Desainer dari Jakarta, Hian Tjen, tampil di hari kedua dalam kategori ‘Ready-Couture’, ia menampilkan pemikiran desain dan craftmanship yang paling terdepan. Rancangannya kaya detail, dimensi tebal tipis transparan, simetri dan asimetri, tailored dan Grecian drape, aksen safari sahara dan Greek Goddess.
Ready-Couture sesuai dengan kultur Asia
Arab Fashion Week diselenggarakan oleh Arab Fashion Council dengan visi membangun ekonomi kawasan Arab berbasis kreatifitas, bakat, pengembangan, dan know-how. Lembaga ini juga menegaskan kehadiran ‘Ready-Couture’, mereka berpendapat bahwa dii dunia sekarang ini, gaun seharga 10.000 Euro dijual dan ada di lebih dari 100 titik penjualan di seluruh dunia. Namun, klien luxury ternyata tetap mencari privasi dan eksklusivitas dengan titik harga tersebut. Sementara sejak tahun 2017, produsen juga memikirkan tanggung jawab sosial dan kepedulian yang lebih besar terhadap ekologi. Oleh karena itu, Ready-Couture adalah jawaban untuk semua kekhawatiran ini dengan mengurangi jumlah produksi dan membangun kembali hubungan desainer/klien yang lebih istimewa dari sekadar Ready-to-Wear. ‘Ready-Couture’ ini juga merupakan model ekonomi yang sesuai dengan pasar Timur Tengah dan Asia, di kawasan ini desainer sudah sering membuat pakaian khusus untuk klien mereka yang membutuhkan penanganan istimewa dan personalisasi, sesuatu yang bertolak belakang dengan prinsip produksi massal ala ready-to-wear.