Paruh akhir tahun 1952 Christian Dior menciptakan ‘La Cigale’, sepotong gaun cantik, dengan konstruksi desain yang rigid bagai patung, sudut bahunya bersiluet lengkung landai, siluet tangan slim, pinggang ketat ramping, bagian dalam pinggul rok ditopang agar agak menggembung ala gaun-gaun masa Belle Epoque (1871-1880). Bahan yang digunakan disebut dengan ‘moiré’, bahan yang permukaannya tampak gelombang-gelombang reflektif (seperti suatu permukaan yang berminyak). Untuk masa pasca Perang Dunia II, gaun ini teramatlah modern, majalah Vogue September issue tahun 1952 mengatakan bahwa ‘La Cigale’; “a masterpiece of construction and execution”. Semacam statement yang menegaskan bahwa gaun ini telah melampaui regularitas desain pakaian di jamannya.
75 tahun menciptakan modernitas
Bulan ini, Maria Grazia Chiuri, mendapuk lagi ‘La Cigale’ sebagai landasan kreatif untuk koleksi Dior haute couture spring/summer 2024, lalu dibuat relevan dengan gaya hidup dinamis saat ini dan kecenderungan banyak orang untuk tampil dengan quiet luxury. Dari pemikiran tersebut, kita bisa lihat bagaimana Maria meleburkan ‘La Cigale’ dengan trench coat, menjadi trench dress berwarna khaki yang ditampilkan pada bagian pembuka fashion show. Kontruksi bahu ‘La Cigale’ ditancapkan juga pada Dior Bar Jacket yang ikonik, yang berbahu fit dan structured. Bahu si Bar Jacket tersebut berubah jadi melengkung modern keren. Konstruksi ‘La Cigale’ dikembangkan juga ke berbagai gaun, misalnya ke gaun hitam yang dipenuhi dengan frill, ke tube dress tanpa lengan, ke setelan blouse dan skirt dengan utasan band penyimpul dan peramping pinggang. Permukaan gelombang kilap moiré tak lupa disematkan di sejumlah rancangan, permukaan yang modern, yang sudah diterapkan Bapak Christian Dior 75 tahunn yang lalu.