Mungkin Anda sudah kebal dengan segala ide-ide mengangkat Batik ke level fashionable, karena yang sering muncul ke permukaan adalah pakaian Batik yang too creative, kemeriahan motif berlomba dengan meriahnya desain, hingga ketika dipakai pemakainya tampak seperti benda seni tradisional. Namun sebagai konsumen fashion, jangan pernah menyerah, selalu buka mata, temukan sosok muda, seperti Yosafat Dwi Kurniawan misalnya, yang selama ini selalu bertendensi menciptakan added value pada pakaian yang ia desain. Added value nya, membuat pemakai tampak modern (kali ini dengan Batik), relevan dengan ‘today’, dan elegan tak bertepi. Yosafat memperlihatkan spirit desainnya ini pada koleksi premium ready-to-wear spring/summer 2021 yang baru saja ia langsir di Jakarta Fashion Week 2021.
Redamkan Semua Sumber Ide
Tantangan pandemi dan bangkitnya local brand seiring dengan pemikiran Yosafat untuk kembali ke kampung halamannya, Pekalongan (kota yang terkenal dengan tradisi Batik cap). Ia berinovasi menciptakan motif baru yang diberi nama ‘Sakura Gerjak’, lalu berkolaborasi dengan pengrajin lokal untuk memindahkannya ke atas bahan dengan teknik Batik cap. Motifnya sendiri dipetik khasanah ragam hias Aztec, kemudian ditaburi dengan motif bunga Sakura. Penggunaan warna hanya di dalam rentang hitam dan putih. Batik didesain menjadi loose jacket yang melapisi tube dress, dan diberi ikat pinggang hitam. Kemudian mini tube dress berdetail side swipe, halter top dihiasi dengan scarf plus mini skirt asimetri (ini paling ber ‘wow effect’). Di tepian Batik diberi aksen fringe hitam kecil yang membuat rancangan semakin ‘darling’, selain itu ada juga aksen anyam hand-beading (waktu proses hingga 250 jam). Beberapa rancangan ada yang dipasangkan dengan bahan dark denim, bahan yang tergolong sulit digabungkan dengan konsep desain ini, namun ‘bravo’, berhasil. Untuk garis desainnya sendiri Yosafat mengulik sumber ide dari banyak suku di Afrika, misalnya detail fringe dari suku Dogon di Mali, beading dari suku Hamar di Ethiopia, cara pemakaian scarf dari suku Tiareg di Burkina Faso. Bayangkan, dengan sekian banyak sumber ide di dalam benak Yosafat, ia tetap mampu meredam semuanya untuk tunduk pada standar elegan yang mahal. Indonesia perlu pemikir-pemikir kreatif realistis di alam fashion seperti Yosafat.
Foto: Yosafat