Semua wanita Indonesia sudah terbiasa dengan banyak acara seremonial, dalam satu bulan bisa saja mereka harus hadir minimal di 5 acara penting, dari courtesy call, Sertijab, pernikahan, wisuda, ngunduh mantu, sampai tedak sinten (ini belum termasuk undangan pesta perak dan emas). Sekian banyaknya acara membuat wanita Indonesia terbiasa memilih desainer yang mengerti tubuh mereka dan juga mengenal karakter masing-masing acara yang harus dikunjungi. Sebagai contoh, sedekade belakangan ini wanita Jakarta cukup bergantung pada nama-nama seperti Adrian Gan, Anne Avantie, Denny Wirawan, Eddy Betty, Edward Hutabarat, Hian Tjen, Sapto Djojokartiko, Sebastian Gunawan, dan sejumlah nama desainer lain. Karya-karya desainer tersebut mereka sandingkan dengan perhiasan sekelas Bvlgari, Cartier, Chopard, dan De Grisogono. Karena sudah terbiasa merasakan pentingnya kinerja desainer dan indahnya perhiasan di tubuh mereka, mereka pun tak ada kendala lagi ketika tergerak hati ingin memakai karya haute couture langsung di Paris. Hubungan dan kerjasama mereka dengan desainer Indonesia membuat mereka terlatih untuk mengutarakan gaun apa yang diinginkan, bagaimana request nya, bagaimana complain nya, sehingga pintar untuk tidak mengangguk-angguk saja ketika ditawarkan warna ini atau disarankan bahan itu.
Dari Indonesia Menuju Haute Couture Di Rue Cambon
Di Paris, salah satu pilihan pembuatan gaun haute couture adalah di rumah mode Chanel yang terletak di 31 Rue Cambon, tak jauh dari Place Vendome dan Jardin des Tuileries. Tempat ini memang sudah dibesut Gabrielle Chanel pada tahun 1918, tempat ia membuatkan pakaian-pakaian pesanan crème de la crème di Paris kala itu. Pada tahun 1945, ketika Kementerian Perindustrian Prancis dan komisi Chambre Syndicale de la Haute Couture membuat peraturan standarisasi haute couture agar terjaga kalibernya, tentu saja Chanel salah satu dari rumah mode yang mampu memenuhi standar pemerintah. Standar yang ditetapkan antara lain, rancangan harus dikerjakan sendiri oleh desainer di dalam rumah mode yang bersangkutan, setiap rancangan harus custome-made dan hand-made, komposisi tim desain harus minimal terdiri dari 20 orang, rumah mode harus menyelenggarakan haute couture show minimal dua kali dalam setahun di dalam agenda pekan haute couture di Paris, dalam setiap fashion show minimal mempersembahkan 25 set rancangan mewakili daywear dan evening wear.
Kenangan dan Foto-Foto Dihadirkan Ke Chanel Salons
Chanel haute couture memiliki studio desain dan Maison d’Art tempat pembuat embroidery, penata feather, pembuat ornamentasi, pembuat sarung tangan, pembuat topi, pembuat sepatu, dan pembuat perhiasan. Pada tahun 2021, tempat yang disebut dengan Haute Couture Salons ini diberi sentuhan baru oleh desainer interior Jacques Grange. “Saya memberikan aspek glamorous dan gairah couture untuk ruang, sehingga menjadi tempat showcase yang berharga,” ujar Jacques. Kreasi Jacques ini juga terinspirasi dari foto-foto yang disimpan di dalam arsip Chanel, kemudian ia hadirkan getar aura Gabrielle Chanel dalam formasi yang modern. Dinding-dinding dan pilar ia lapisi cermin dengan tepian garis hitam khas Chanel, di satu sisi sofa panjang berlatar belakang partisi Coromandel lacquered dari koleksi Gabrielle Chanel. Tata cahaya putih yang lembut diatur oleh Patrice Dangel
Foto: Chanel