Bagi orang Jepang, keindahan hakiki terdapat pada hasil karya manual yang jauh dari kesempurnaan, keindahan dari ketidaksempurnaan ini mereka sebut dengan Wabi-Sabi. Ini sangat berbeda dengan karya seni Barat yang pelik dengan hitungan matematis dan simetri demi sebuah kesempurnaan.
Romantisme Patah-Patah
Pierpaolo Piccioli, menyesap konsep Wabi-Sabi ini untuk koleksi Pre-Fall maison Valentino 2019. Bagaimana jadinya? Yah tetap kesempurnaan diusahakan yang paling utama, lalu ke’Wabi-Sabi’an dipoleskan dalam bentuk tata ruffle yang naik turun vertikal horizontal, gelombang ruffle dibuat patah-patah seperti kusut. Ada juga gaun berbahan lace floral yang kembang-kembangnya ditempel dengan kembang bordir sehingga lace tampak berdimensi, penempatan tempelan kembang dibuat random besar kecil.
Kultur Merah Tokyo
Detail massive ruffle ini membangun kesan feminine romantis, untuk mengimbangi agar tidak terlalu ekstra feminine, Pierpaolo menyertakan jaket-jaket bersaku cargo, dan juga jaket parka yang polanya bagai selimut membungkus raga. Serapan seni lipat origami ada ditemukan di lengan longcoat merah, usaha yang keren, menerjemahkan ruffle dari origami. Tebaran warna merah memberi semangat maksimal pada koleksi ini, warna yang bertolak belakang dengan kultur Pre-Fall. Kemudian warna pilihan kedua adalah hitam, dan sisanya sedikit pink, biru. Valentino mempresentasikan koleksi terbarunya ini di negeri Wabi-Sabi, di Tokyo.
Foto: Filippo Fior / Gorunway.com