Sebagai label desainer, Sapto Djojokartiko adalah satu-satunya label Indonesia yang sudah menerapkan elemen internasional secara penuh dalam setiap eksekusi fashion show-nya. Dan ini terjadi lagi pada presentasi terakhirnya di penutupan eksebisi benda seni perwayangan Indonesia di Hotel Indonesia Kempinksi, Selasa lalu, 20 Agustus 2019.
Pada koleksi ini, terselip sepuluh tampilan pakaian pria karya Sapto yang berbeda dari sebelumnya. Pada koleksi yang berjudul Wisik ini, pakaian pria terlihat lebih polos dengan potongan gaya safari dan longgar. Sapto semakin mengerti bahwa pria Indonesia, sangat menghindari elemen-elemen tambahan yang membuat pakaiannya terlihat aneh. Tapi, Sapto tetap menyuntikan signature style-nya pada pakaian dalam dengan bentuk kemeja berkerah embelishment (yang porsinya masih sangat wajar), kaos dengan detil batu serta tunik bergaya India dengan detil bordir gaya Sapto dalam palet hitam dan emas. Kemeja putih yang terlihat polos dari jauh, ternyata memiliki detil bordir di seluruh bagian depan. Sapto benar-benar bermain pada detil tersembunyi untuk pakaian pria kali ini.
Siluet longgar pada kemeja dengan tali pinggang tersimpan yang bisa membuat efek kerut hadir pada jaket safari dan kemeja outer berbahan linen. Warna-warna tanah di campurnya dengan warna neon oranye, hijau dan biru. Ditambah aksesoris unik bergaya muda tas kecil yang digantung dengan lanyard di leher serta sepatu bergaya Jepang dan sandal gunung yang di modifikasi. Super!
Dengan cerdik Sapto merubah Bali Room Hotel Kempinski Indonesia menjadi format ruangan show berbentuk oval dengan latar belakang dinding ukir tembaga dan bangunan piramida cermin pada bagian tengah. Tidak ada kata sambutan dan seremonial apapun saat show dimulai hingga show berakhir begitu saja. Persis format fashion show yang terjadi di Paris dan Milan saat pekan mode. Beginilah seharusnya sebuah fashion show disajikan, untuk menjual pakaian. Bukan menjual acara. Dan sudah sepantasnya, industri fashion Indonesia juga bergerak maju untuk mengutamakan tujuan tersebut.
Foto dok. Sapto Djojokartiko