Dalam kehidupan nyata, mayoritas manusia berpakaian minimalis, atau basic. Sementara di dalam kehidupan fashion hampir semua desainer mendobrak keminimalisan dalam berpakaian, mengubahnya menjadi va va vroom fiesta. Namun ada sedikit desainer yang mendorong ide gila-gilaan tapi tetap berada di dalam koridor basic dan konstruksi klasik. Kalau di luar negeri ada jenama seperti Maison Margiela dan Thom Browne, dan di Indonesia salah satu pemainnya adalah jenama Wilsen Willim. Aksi ini bukan hal baru bagi Wilsen Willim, sejak awal muncul di peta fashion Indonesia ia sudah mengusung unique identity ini, lalu selama dua tahun Luxina mengunjungi CUBE showroom di Paris tempat Wilsen Willem berpameran dan bertemu fashion buyer, Wilsen Willim setia berada di jalur style yang sama, minimalism but knocking. Baru-baru ini Wilsen melangsir lagi koleksi terbaru womenswear spring/summer 2020 di Jakarta dengan premise, memainkan timeless silhouette yang sudah terbukti bertahan hingga kini. Dengan kata lain, keusilan fashion dalam dunia penampilan formal. Presentasi berlangsung di alam terbuka, dengan set pohon-pohon besar. Walau presentasi ini dalam koleksi womenswear, Wilsen Willim juga menyertakan beberapa rancangan untuk menswear.
Panjang Lengan Dan Batasan Minimalisme
Oversize jacket yang masih digandrungi, tampil lebih zen berformat wrap jacket dengan detail lapel yang drastis asimetri, pinggang disiluetkan dengan ban macramé ber-tasle. Perhatikan juga ujung lengan, selama ini panjang lengan pada oversize jacket selalu hampir menutupi seluruh jemari, punya Wilsen beda, panjang lengan hanya sampai mata pergelangan tangan saja, jadinya seperti ilusi, oversize tapi panjang lengannya cuma segitu, usil. Jaket-jaket ini dikenakan dengan celana pendek tailored, atau dengan rok maxi. Trend trapeze dress yang memanjang ke belakang tampil dalam bentuk spaghetti string dress, modern, loose tapi juga tailored. Aksen 3D kupu-kupu hinggap di bahan-bahan transparan, dan juga di dekat aksen ruffle, warna kupu-kupu dibuat one tone dengan warna pakaian, sehingga formalitas tetap terjaga. Selain kreativitas tersebut, Wilsen Willim turut serta dalam usaha dunia memikirkan sustainability. Ban macramé terbuat dari sisa bahan yang dianyam. Bahan-bahan pakaiannya sendiri menggunakan serat LENZING ECOVERO™, serat yang terbuat dari pulp dan kayu yang berasal dari hutan yang telah tersertifikasi. Pembuatan serat ini, menurut Lenzing, memiliki emisi dan penggunaan air yang 50% lebih rendah jika dibandingkan dengan pembuatan bahan Viscose lainnya. “Kami bangga bisa mendukung Wilsen Willim, yang memang sejalan dengan misi kami untuk memantapkan trend sustainable fashion dan melangkah ke depan untuk industri fashion yang lebih ramah lingkungan di Indonesia. Melalui kolaborasi ini, kami mengajak semua fashion enthusiasts untuk mendukung para desainer yang memiliki goal yang sama,” ujar Mariam Tania, Marketing and Branding South East Asia & Oceania, Lenzing Group.
Foto: Wilsen Willim