Bisakah kebaya dipersepsikan bagai “Kudapan”? Tentu bisa, ini usaha yang akan membuatnya seperti bagian yang manis di hari demi hari. Mengingat masih ada paradigma bahwa Kebaya adalah sesuatu yang serius, serimonial, formal, kalau di universe makanan mungkin berlevel Tumpeng. Padahal banyak orang menyukai sesuatu yang manis, yang ringan bagai kudapan. Tetapi siapa yang mau capek-capek mengolah Kebaya menjadi semanis Kudapan? Ialah Chitra Subyakto dengan jenama berbasis wastra Sejauh Mata Memandang. Yang selama ini memang sudah berkontribusi untuk khasanah Kebaya Indonesia dari sisi pemakaian Kebaya sehari-hari yang subtle dan sweet. “Kita semua mengenal kudapan-kudapan manis ini sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat kita sebagai orang Indonesia. Termasuk saya pribadi yang merupakan penggemar jajanan pasar. Melalui desain yang kami hadirkan pada koleksi ini, kami juga berharap untuk bisa memberikan makna yang berkesan. Bagi masyarakat Indonesia, dimana onde-onde melambangkan keberuntungan dan harapan akan kehidupan yang lebih baik. Sementara kue lapis memiliki filosofi harmoni kesatuan.” papar Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif dari Sejauh Mata Memandang, pada siaran pers.

Pewarnaan manis yang aman dan melibatkan UMKM
Sejauh Mata Memandang menyajikan koleksi “Kudapan” ini pada fashion show di tengah-tengah karya instalasi pameran “Rumah Kita”, yang berlangsung di Main Atrium Grand Indonesia, East Mall. Pakaian yang ditampilkan memprimadonakan Kebaya yang dimodifikasi untuk dikenakan pada berbagai kesempatan. Kebaya panjang dan kebaya pendek, diperkaya dengan baju panjang, outer, bawahan berupa rok lilit dan sarung. Koleksi “Kudapan” dihiasi warna pastel yang diilhami dari sajian tradisional onde-onde dan kue lapis, Sejauh Mata Memandang menyajikannya melalui motif bulat-bulat dan motif garis berlapis dengan nuansa warna seperti hijau botol serta biru muda dan salem yang manis. Proses pewarnaan menggunakan pewarna buatan bersertifikat OEKO-TEX® STANDARD 100 sehingga aman saat dipakai dan tidak menyebabkan polusi air saat proses pewarnaan. Selain itu turut dihadirkan juga pakaian berbahan kain tenun putih dengan motif samar-samar maskot ayam signature Sejauh Mata Memandang. Kain tenun pun dibuat di kecamatan Kedungwuni, Pekalongan dan bekerjasama dengan UMKM yang dinaungi arahan Bapak Mugi, salah satu mitra yang telah berkolaborasi dengan Sejauh Mata Memandang sedari awal berdiri.




Siapa saja yang manis pendukung Kebaya Kudapan?
Sejauh Mata Memandang menciptakan koleksi “Kudapan” melalui proses yang bertanggung jawab mulai dari pemilihan bahan, proses pewarnaan yang lebih ramah kepada lingkungan, hingga melibatkan pengrajin lokal yang memiliki keterampilan teknik batik cap dan cetak saring. Berbagai upaya ini sejalan dengan komitmen Sejauh Mata Memandang untuk secara konsisten berkarya dengan lebih bertanggung jawab dan lebih sirkular serta menjalin kolaborasi dengan para mitra dari berbagai tempat di Indonesia. “Koleksi kali ini diproses dengan dua teknik. Pertama, menggunakan teknik batik cap dan dibuat di desa Watukebo, Banyuwangi. Kedua, kami menggunakan teknik cetak saring tangan bekerjasama dengan UMKM asal Bali di desa Duri Puri Kauh.” ujar Chitra. Di samping itu, jenis kain khas koleksi Sejauh Mata Memandang seperti Tencel dan katun juga jatuh sebagai pilihan bahan koleksi “Kudapan”, yang selain nyaman dipakai di iklim tropis tetapi juga menjalani proses pembuatan yang bertanggung jawab. Saking manisnya, presentasi koleksi Kudapan ini didukung pula oleh sejumlah figur publik yang tergabung dalam komunitas cinta kebaya seperti Dian Sastrowardoyo, Shareefa Daanish, Titi Radjo Padmaja, Rania Yamin, Faradina Mufti serta Tissa Biani turut menyemarakkan trunk show kali ini.




Sahabat Sejaun dan karya instalasi
Saat ini, toko pop-up Sejauh Mata Memandang juga telah resmi beroperasi di lantai 3 pusat perbelanjaan Grand Indonesia, East Mall hingga bulan Agustus 2023. Istimewanya, interior toko ini didominasi mebel yang memanfaatkan material pembangunan yang unik. “Kami menggunakan sebagian material hasil daur ulang (recycle) dan guna ulang (reuse) dari berbagai produk, di antaranya tirai yang terbuat dari kain perca sisa produksi Sejauh Mata Memandang serta panel pilar kayu yang terbuat dari sisa kayu hasil daur ulang. Selain itu, gantungan baju dan meja display yang terdapat di tokojuga terbuat dari limbah botol PET yang didaur ulang oleh Mortier sebagai mitra pengolahan limbah plastik.” jelas Felix Tjahyadi sebagai kolaborator pengarah kreatif dan perancang toko pop-up Sejauh Mata Memandang yang juga berperan sebagai konseptor pameran karya kolaboratif Karya Kita persembahan TACO Group, Sejauh Mata Memandang, dan Grand Indonesia. Chitra mengatakan, “Kami berterima kasih atas dukungan Sahabat Sejauh yang telah menyertai karya Sejauh Mata Memandang hingga saat ini. Sahabat Sejauh dapat membeli koleksi “Kudapan” di toko pop-up Sejauh Mata Memandang di Grand Indonesia mulai tanggal 7 Maret 2023.”


Tentang Sejauh Mata Memandang
Didirikan oleh Chitra Subyakto di akhir tahun 2014, Sejauh Mata Memandang adalah sebuah label tekstil slow fashion yang mengedepankan model bisnis sirkular dan lebih bertanggungjawab terhadap lingkungan. Desain dan produk Sejauh terinspirasi dari kekayaan alam dan budaya Indonesia, dan dalam pembuatannya, Sejauh Mata Memandang bekerja sama dengan para artisan, komunitas, pabrik dan perajin di berbagai tempat di Indonesia, antara lain DKI Jakarta, Jawa, Sumatera, Bali, Sumba—di mana setiap helai kain merupakan hasil karya yang sarat cerita dan makna. Di samping itu, Sejauh Mata Memandang juga aktif melakukan pameran yang mengangkat berbagai isu lingkungan, dan sampai tahun 2023 telah melakukan 15 kali pameran.


