Sejak dibesut pasca Perang Dunia II, rumah mode Dior telah menanamkan keindahan dan luxury sebagai sesuatu yang hakiki. Di awali dengan karya-karya fashion yang melegenda, hingga permainan ornamentasi kemewahan yang terus dilakukan hingga kini. Puncaknya tentu di lini haute couture, tempat klimaks luxury dikibar-kibarkan, tempat tumpukan detail dan dekorasi melebur jadi masterpiece. Pada tahun 2011 kekukuhan Dior haute couture melahirkan satu lini lagi, haute horlogerie, lini luxury watches yang berhasil melampaui sekadar fashion watches. Diberi nama dengan Dior Grand Bal, jam ini memang diciptakan untuk senyawa dengan gaun haute couture, ball gown, dan high fashion. Karena memang di market belum ada jam tangan dengan pemikiran seperti ini, maka Dior Grand Bal bagai melenggang sendirian tanpa pesaing. Jam ini memiliki detail haute couture, decorative, geometrical, dan sculptural, sangat mengindahkan pemikiran Christian Dior yang pernah berucap: “I wanted to be an architect; as a couturier I have to follow the laws and principles of architecture.”
Sayap-Sayap Waktu Yang Hinggap Di Gaya Hidup Luxury
Tahun 2020 belum ada tanda-tanda berhenti dari detik-detik jam Dior Grand Bal, malah si jam couture ini melesat dengan melangsir hanya 88 keping limited edition yang diberi nama Grand Bal Plume. Berhiaskan perpaduan bulu merak, diamond, mother-of-pearl, diikat dipergelangan dengan alligator leather (pilihan warna putih, merah, dan hitam). Susunan feather melingkar mengikuti gerakan rotor, bagaikan sayap-sayap waktu yang hinggap dari luxury ke luxury. Penunjuk jam digerakkan dengan automatic movement bernama Dior Inversé 11 ½, satu teknik movement yang hanya dimiliki oleh Dior.
Foto: Julia Hetta for Dior