Indonesia Contemporary Art & Design atau Icad, setelah absen selama satu tahun akibat pandemi, akhirnya dibuka tadi di malam di Grand Kemang Hotel, Kemang, Jakarta Selatan. ICAD 2021 yang merupakan tahun ke – 11 penyelenggaraan, mengangkat tema “Publik” sebagai elemen yang tak terpisahkan dari seni, memicu perhatian dan diskusi mengenai bagaimana hubungan antara sebuah karya seni dan publiknya dapat saling terkait. Atau mungkin betapa rindunya masyarakat berada di ruang publik karena terkurung selama pandemi?
Tentu saja acara yang berlangsung selama lebih satu bulan ini, 21 Oktober hingga 28 October 2021 didukung oleh seniman dari seluruh Indonesia dan luar negri. Dari Indonesia sendiri, sebanyak 50 puluh seniman terlibat dan memamerkan karya mereka di ruang publik Grand Kemang Hotel, baik yang berkolaborasi maupun individu. Dan sebanyak lima seniman dari luar negri, Singapura (Charles Lim), Aung Myat Htay (Myanmar), Jepang (Takeshi Makino), Philippines (Mark Salvatus) dan Cina (Wang Bo). Sementara lima seniman Indonesia yang menjadi highlight pada ICAD 2021 ini sebanyak empat orang. Arahamaini, Nindityo Adipurnomo, Eddi Prabandono dan Budi Pradono.
Yang membedakan ICAD 2021 ini dengan tahun-tahun sebelumnya adalah dengan melibatkan beberapa titik di area Kemang yang juga berupa gallery seni. Keterlibatan ini akan memperkuat area Kemang sebagai distrik seni di Jakarta yang selalu mampu membaurkan seni dengan disiplin lain, seperti fashion, f&b, film, hospitality, yang memang sudah dilakukan ICAD sejak pertama kali diadakan.