Lokasi fashion show Louis Vuitton men’s fall/ winter 2022 kali ini berbeda dari biasanya, di Carreau du Temple, di area Le Marais distrik tiga, Paris. Virgil Abloh juga pernah mempresentasikan koleksi untuk Off-White disini, sehingga muncul kesimpulan bahwa Virgil sangat menyukai bangunan ini. Koleksi ke 8 dari Virgil Abloh untuk Louis Vuitton men ini, merupakan sebuah presentasi yang sangat indah dan menyentuh. Penuh dengan pesan yang kuat dan segala sesuatu yang “sangat” Virgil lewat koleksi ini.
Show di buka oleh sekelompok pria melakukan adegan parkour dengan intensitas tinggi yang diiringi musik live orkestra. Pemain orkestra duduk saling berhadapan di meja makan panjang seolah sedang melakukan perjamuan. Di sisi lain, sebuah instalasi berbentuk atap rumah berwarna merah yang kontras, teras dan tangga-tangga dibuat bergaya whimsical seperti dalam dongeng Alice in The Wonderland, dengan tone warna biru muda yang mendominasi. Fashion show-pun dimulai dengan model pertama yang keluar dari sebuah pintu dengan stelan jas serba hitam.
Koleksi yang berjudul “An Octology According to Virgil Abloh.” Collection 8: In The Grand Scheme Of Things, merupakan imajinasi Virgil terhadap rumah impian. Impian Virgil yang menjadi kenyataan menjabat sebagai direktur artistik sebuah rumah mode besar dunia. Dimana Virgil membuat legacy-nya dari koleksi pertama hingga ke delapan atau yang terakhir ini. Dan koleksi terakhir ini, masing-masing adalah representasi dari semua koleksi yang pernah dibuatnya sebelumnya.
Suguhan terakhir karya Virgil ini, kental dengan esensi street wear berlevel luxury, yang merupakan kombinasi dari sartorial tailoring dengan elemen-elemen kasual. Stelan jas dengan celana gombrong, atau varsity jacket dengan rok tule pleats berlapis. Koleksi ini seolah Virgil memvalidasi bahwa rok dan sepatu bertumit tinggi juga merupakan bagian dari pakaian pria. Bukan fluidity, tapi pria juga wajar memakai rok dan sepatu bertumit. Koleksi di dominasi berbagai referensi untuk pria, mulai dari tailoring pada stelan jas berlapel lebar yang dimodifikasi, jaket hoodie, blouson, jas berlekuk pinggang, bomber jacket, over coat hingga kaftan panjang untuk pria. Yang semua berada dalam palet warna gembira, seperti merah, ungu lavender, putih, ungu dan biru. Koleksi yang mencerminkan warna pelangi yang di gagas Virgil dari awal berkarya untuk Louis Vuitton.
Ragam motif pada koleksi ini yang sangat menonjol adalah motif buket bunga yang diaplikasikan pada denim serta lukisan bergaya renaissance diatas bahan wool tebal pada stelan jas dan jaket panjang dan aksesoris seperti tas dan topi. Baseball cap dibuat bervolume persis seperti topi-topi bergaya 90’an, yang memberikan statement gaya yang sangat kuat. Kalau melihat keseluruhan, koleksi ini terlihat sangat harmonis diantara tampilan-tampilan hybrid tailoring dan street wear.
Sebuah presentasi yang sangat memorable dari team Louis Vuitton yang mampu menerjemahkan karya Virgil Abloh yang terakhir ini. Walau tanpa petunjuk langsung dari Virgil, semoga koleksi ini merupakan koleksi yang paling diimpikan dan mewakili Virgil Abloh untuk jenama fashion paling besar di bumi ini.
Foto dok. Louis Vuitton