Nama Azzedine Alaïa kembali mencuat ke permukaan setelah desainer Pieter Mulier dengan imajinasinya berhasil membuat publik fashion menelaah satu per satu kreatifitasnya untuk jenama ALAïA. Pieter mengulik-ulik arsip dari karya-karya Azzedine di masa lampau, saat Azzedine menjadi pionir dalam menciptakan gaun-gaun berkontur mengikuti lekuk-lekuk tubuh, sehingga liukan betis, pinggul, dada, hingga bahu menjadi sangat fokal. Kali ini Pieter melaga DNA tersebut dengan pendekatan gaya dan teknik tailoring (beraura maskulin), satu tabrakan konsep yang ‘wow’. DNA yang meliuk-liuk khas Azzedine menjadi sangat modern, setelan tweed yang terdiri dari blouse dan rok span bermotif argyle, diberi kerutan puff diujung rok. Kemeja putih oversize dikenakan dengan celana jeans yang bagian bawahnya serutan denim (bell bottom) yang sangat lebar di menutup betis. Mini dress hitam dikenakan dengan jas hitam boxy oversize, lalu di bagian paha diberi lagi serutan bahan putih yang sangat lebar. Permainan serutan di bagian bawah rancangan ini dikembangkan Pieter dari Spanish skirt karya Azzedine Alaïa.
Syahmedi Dean
Syahmedi Dean adalah seorang penulis yang telah menerbitkan sejumlah buku dan juga seorang jurnalis Mode dan Seni. Ia sudah meliput London Milan Paris Fashion Week sejak tahun 2000. Ia lulus dari Fakultas Seni Rupa Isntitut Seni Indonesia Yogyakarta, Program Studi Desain Komunikasi Visual. Kemudian memulai karir jurnalistik di majalah Femina tahun 1996, lalu berturut-turut menapak naik ke media-media terkemuka nasional seperti majalah Harper’s Bazaar Indonesia, majalah Dewi, majalah SOAP, Harian Media Indonesia, dan majalah Estetika. Dengan segenap perjalanan karirnya, kini ia menjadi Co-Founder dan Editorial Director LUXINA.
previous post