Setiap orang menyukai kilau keemasan, sementara Bapak Christian Dior sudah menyulamkan benang lamé emas ke dalam karya couture nya pertama kali untuk koleksi Dior di musim dingin tahun 1937, pada gaun bernama Golconde. Sebagai penghargaan atas kejadian tersebut, Maria Grazia Chiuri, Creative Dior saat ini, mengangkat kembali kisah kemilau tersebut dengan menginterpretasikan ulang ke dalam koleksi kapsul bernama Dior Gold. Koleksi ini terdiri dari busana dan aksesori ikonik yang disempurnakan dengan sentuhan modernitas yang relevan untuk wanita elegan kini. Perhatikan setelan sepotong gaun panjang dan rok midi dengan tulle lembut dan renda atau dibuat dari bahan katun lurex jacquard berhiaskan aksen frill dan pleats. Rancangan yang belum pernah diungkapkan sebelumnya juga disingkapkan, seperti jaket berbentuk kotak dengan kain blister, dihiasi dengan kancing-kancing “CD” yang kontemporer. Tas Lady Dior dan Dior Caro berpendar dalam leather berbias warna, tersedia dalam tiga variasi bercahaya – emas, emas merah muda, dan perak – diselingi dengan detail tone-on-tone, sedangkan Lady D-Joy ditampilkan dalam versi yang dihiasi dengan garis grafis dari Diamond Cannage metalik. Sebaliknya, sepatu – mulai dari 30 Montaigne dan D-Way hingga sepatu kets Walk’n’Dior – diperbesar dengan kilau keemasan.
Syahmedi Dean
Syahmedi Dean adalah seorang penulis yang telah menerbitkan sejumlah buku dan juga seorang jurnalis Mode dan Seni. Ia sudah meliput London Milan Paris Fashion Week sejak tahun 2000. Ia lulus dari Fakultas Seni Rupa Isntitut Seni Indonesia Yogyakarta, Program Studi Desain Komunikasi Visual. Kemudian memulai karir jurnalistik di majalah Femina tahun 1996, lalu berturut-turut menapak naik ke media-media terkemuka nasional seperti majalah Harper’s Bazaar Indonesia, majalah Dewi, majalah SOAP, Harian Media Indonesia, dan majalah Estetika. Dengan segenap perjalanan karirnya, kini ia menjadi Co-Founder dan Editorial Director LUXINA.