Di tengah lanskap budaya global yang terus berubah, Art Basel edisi ke-55 menegaskan posisinya sebagai lebih dari sekadar pameran seni: ini adalah perayaan intelektual, estetika, dan kemewahan dalam arti yang paling tinggi. Dari 19 hingga 22 Juni 2025, kota Basel menjadi panggung megah bagi lebih dari 289 galeri dari 42 negara, dengan kehadiran lebih dari 88.000 pengunjung elit global. Ini bukan sekadar pasar seni — ini adalah pusat gravitasi kebudayaan dunia.
Art Basel tidak hanya menyuguhkan karya seni dari para maestro seperti David Hockney dan Gerhard Richter, tetapi juga menghadirkan suara-suara baru, seperti Cecilia Vicuña dan Loie Hollowell, yang kini menjadi sorotan institusi seni ternama. Hal ini mencerminkan dinamika kuratorial yang cermat, berani, dan sangat sadar akan konteks zaman. Tak hanya nama-nama besar seperti David Hockney atau Gerhard Richter yang hadir, namun juga suara-suara baru yang digawangi oleh galeri-galeri regional dengan visi global, salah satunya adalah ROH Projects dari Jakarta.
ROH Projects – Wajah Indonesia di Panggung Internasional

Melengkapi Ekosistem Art Basel
ROH Projects bukan sekadar “underdog” di antara galeri besar, mereka menjawab panggilan untuk membawa perspektif regional yang kaya dan subversif ke panggung dunia. Kolaborasi dengan institusi global—seperti yang dilakukan dalam sektor Encounters di Hong Kong—menandai bahwa mereka tidak hanya menjadi bagian dari pameran, namun turut membentuk narasi internasional tentang keindonesiaan dalam seni kontemporer.
Kehadiran ROH Projects juga menegaskan bahwa kolektor dan penikmat seni asal Indonesia kini memiliki akses langsung ke dialog global, melalui seleksi kuratorial yang sangat tajam dan representatif.
Salah satu sorotan tak terlupakan adalah CHOIR karya Katharina Grosse yang menyulap ruang urban Messeplatz menjadi kanvas imersif seluas 5.000 meter persegi — sebuah instalasi yang menyentuh batas antara seni rupa, arsitektur, dan pengalaman publik. Magenta, warna paling menyolok dalam spektrum visual manusia, menjadi simbol konfrontasi visual yang membangkitkan kesadaran spasial dan emosi.
Sektor Unlimited kembali hadir dengan daya ledak kreatif yang luar biasa. Dari karya Felix Gonzalez-Torres yang menggugah, hingga pawai utopis Atelier Van Lieshout, setiap presentasi seolah menjadi babak pertunjukan yang menggambarkan kompleksitas zaman kita: identitas, memori, dan resistensi.
Lebih dari sebuah pameran, Art Basel 2025 adalah ekosistem luxury berbasis budaya. Kolaborasi dengan mitra global seperti UBS, Audemars Piguet, dan bahkan Qatar Airways, mempertegas posisi seni sebagai bahasa diplomasi halus, gaya hidup prestisius, dan investasi berkelas tinggi.
Dari koleksi tekstil sepanjang 80 meter di Münsterplatz hingga edisi eksklusif bola sepak tangan dari Grosse di Art Basel Shop, setiap detail dikurasi untuk menstimulasi bukan hanya visual, tetapi jiwa. Penghargaan Art Basel Awards yang perdana tahun ini juga memberi sinyal bahwa seni kini lebih dari sekadar objek koleksi—ia adalah platform pemberdayaan dan koneksi lintas benua.