Seorang anak laki-laki dengan wajah merah coral tampak sedang menangis, air mata putihnya mengalir nyata di sebelah pipi, kepalanya bertopikan kulit bawang merah, ia terduduk di antara bawang-bawang yang terbelah, dan gelembung-gelembung yang mungkin saja senyawa propanethial s-oxide dari kandungan bawang merah. Di hadapan anak laki-laki terebut ada sesosok anak lain yang merayap dan dengan tangan birunya berusaha menjangkau tangan anak yang menangis, tangan mereka bertemu, tapi tidak saling menggenggam. Gambaran ini terdapat di kanvas berdimensi 100 X 130 cm, berjudul “Anak Bawang”. Satu potret yang sebenarnya pilu namun tersamarkan lewat cara penggambaran bergaya Fauvism, berupa gaya brushstroke yang tegas pendek-pendek dengan komposisi warna format complimenting (dalam hal ini shade merah dan biru). “Anak Bawang” ini salah satu dari 10 karya Adriel Arizon yang dipamerkan tunggal di Galeri Lorong, Yogyakarta, di 25 Juni hingga 8 Juli 2024 lalu.
My Darling, My Protagonist
Pameran ini berjudul “Mo Cuishle”, satu istilah ungkapan cinta orang Irlandia. “Maksudnya ‘my darling’, tapi kalau dilihat dari etimologinya, artinya ‘my pulse’, ujar Adriel di studio rumahnya di Jakarta Pusat. Adriel juga menyampaikan bahwa figur anak laki-laki di setiap lukisan adalah sosok protagonis, sosok yang menghadapi hidup ini ingin berjalan sebaik-baiknya, tidak menorehkan keantagonisan, tidak ingin berkonfrontasi. “Setelah membuat sekitar 30 karya, aku menemukan ada benang merah di karya-karyaku, aku tidak berkarya yang bitter, aku tidak berbicara dengan cara kritik, tapi aku berbicara dengan sudut pandang cinta dan romantismenya.” Pada karya berjudul “White Lies” (100 x 130 cm), terlihat anak laki-laki berkepala seperti buah apel, terendam di telaga biru dan terbelit ular bersisik naga yang belitannya mendominasi kanvas. Satu penggambaran yang mencekam, dan tak mungkin terselamatkan, tetapi indah karena komplimen warna kemerahan dan kebiruan, serta komposisi liukan ular dan gelap terang cahaya yang apik. Sang anak meniup seruling, seolah satu usaha pertolongan yang tidak akan mengganggu dan merusak keheningan, teriakan yang tidak akan menjadi antagonis.
Temperatur Antagonis
Setiap orang, sejatinya adalah tokoh antagonis, namun karena kesabaran, mungkin juga karena keadaan, orang bisa menahan diri dan bersikap bagai protagonis, merahnya emosi bisa menjadi biru yang paling biru. Padahal, bukan karena biru warna dingin, tetapi birulah warna yang paling panas di dalam spektrum warna. Api berwarna biru bertemperatur 1400 hingga 1600 derajat selsius, sementara api kemerahan hanya sekitar 500 hingga 1000 derajat selsius saja. Api biru melahap oksigen lebih banyak dari api yang lain. Pameran Mo Cuishle dari Adriel Arizon ini memotret sosok protagonis sebagai sosok ‘the dearest’, sosok yang menahan diri dengan bantuan cinta, romantisme, iman, dan kesetiaan. Dalam genangan biru, Adriel menghadirkan dinamika, antara kebiruan yang mengoposisi kemerahan, antara tawa ceria dan tawa berairmata.
Antusiasme di Galeri Lorong, Yogyakarta