Dalam dunia kuliner dan seni, konsep edible assemblage hadir sebagai paduan harmonis antara rasa, estetika, dan pengalaman. Praktik ini melibatkan perangkai elemen-elemen makanan — bahan, warna, tekstur, dan cita rasa — menjadi sebuah kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Pertemuan setiap elemen membangkitkan imajinasi seru, apalagi ketika setiap elemen melahirkan siluet atau juga wujud yang mengingatkan pada sesuatu. Misalnya dua ekor ikan yang melompati paprika kuning, akrobatik dan komikal, sepertinya si ikan berjuang melompati paprika yang bakalan ditumis bersama-sama.
Chef Arthur Tamnge dan Erwin Windu Pranata
Pameran yang berjudul Edible Assemblage ini melibatkan kolaborasi antara Chef Arthur Tamnge dan seniman Erwin Windu Pranata, mereka menjembatani keindahan seni dan cita rasa dalam sebuah residensi kuliner di SUGU Restaurant Bandung (1 Desember 2024 – 1 January 2025). Chef Arthur merangkai hidangan appetizer, main course, dessert, dan minuman yang mengambil inspirasi dari karya Erwin. Lebih dari sekadar makanan, ini adalah karya seni yang dapat dinikmati secara literal, di mana setiap suapan membawa cerita dan warna dari sebuah pameran seni yang hidup.
Participatory Performance
Lebih jauh lagi, proyek ini mengundang audiens untuk berpartisipasi aktif dalam sesi participatory performance. Dengan melibatkan dialog seputar permasalahan pribadi, Chef Arthur menciptakan hidangan yang mencerminkan esensi dari percakapan tersebut. Hasil akhirnya? Sebuah sajian yang menyentuh indera dan jiwa, membuktikan bahwa makanan tak hanya soal rasa, tetapi juga medium ekspresi dan koneksi yang mendalam.