Di komunitas seni kita, tersesat di dalam semesta Eko Nugroho adalah candu, di dalam semestanya kita akan bertemu karakter-karakter yang sering kali berbentuk manusia dengan tampilan absurd, mutan, atau hibrida yang memadukan unsur manusia, hewan, astronot, hingga benda-benda mekanik lainnya. Setiap karakter umumnya memiliki tampilan yang tidak konvensional: wajah tertutup masker, mata sayu pasrah, dan elemen-elemen yang terinspirasi dari grafiti serta seni komik. Penggambaran karakter dengan wajah samar atau ditutupi, yang menjadi simbol universalitas, anonimitas, serta kritik terhadap identitas individual dalam masyarakat. Semesta Eko Nugroho ini pernah mendarat di syal-syal Louis Vuitton tahun 2013.
Pesta Pora Karakter SMM dan Eko Nugroho
Identitas seni Eko Nugroho memang sangat kuat, sejauh apa pun kita memandang, karakter Eko akan sangat mudah dikenali. Lalu ketika jenama Sejauh Mata Memandang (SMM) menggandeng Eko Nugroho untuk satu koleksi fashion yang ditampilkan di Jakarta Fashion Week 2025 di pagelaran Dewi Fashion Knights, terjadilah satu peleburan kreatifitas dahsyat yang belum pernah ada sebelumnya di Indonesia, seni dan fashion meledak bersamaan di atas pentas runway. Karakter-karakter ilustratif Eko Nugroho berpesta pora dengan karakter-karakter SMM, seperti Ayam, Bija, Wiji, dan Onde. Coba lihat karakter ‘Ayam’ SMM yang sohor, kali ini berbulu tumpuk, lengkap dengan sepasang mata sayu khas Eko.
World Peace? Mari berkreatifitas dulu
Masing-Masing SMM dan Eko berkreatifitas tanpa batas di dalam tempur kreatifitas ini, koleksi SMM yang berbasis pada pakaian seperti kebaya, baju bodo, kemben Jawa, dan sarung, bisa melesat jadi karya instalasi yang berjalan. Misalnya setelan celana lebar dan baju putih dikenakan dengan penutup kepala astronot khas Eko yang penuh dengan tekstur dan rumbai random. Ada juga setelan jaket boxy dan celana lebar, bermotif mata-mata sayu khas Eko, yang separuh badan ke atasnya di dalam globe rotan bertuliskan “World Peace? When?”. Semacam suara yang mempertanyakan situasi sosial kita saat ini.
Republik Sebelah Mata
Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang mengungkapkan, “‘Republik Sebelah Mata’ tidak hanya sekadar koleksi kain dan busana, namun juga sebuah pernyataan dari kami agar kita semakin peduli terhadap isu-isu sosial dan lingkungan, serta harapan agar pelaku politik lebih berempati dan berpihak kepada khalayak luas. Sebuah suara dan pengingat untuk bersama-sama menciptakan bumi Indonesia yang lebih baik. Kami senang sekali dapat menghadirkan karya yang tidak sekadar baru tetapi juga membawa pesan penting. Mudah-mudahan karya ini bisa menerjemahkan keresahan kita semua akan kondisi tanah air saat ini.” ujar Chitra.
Peka Pada Sosial, Budaya, dan Politik
Chitra yang peka terhadap situasi sosial memang juga sefrekuensi dengan Eko Nugroho yang karyanya dikenal dengan pendekatan unik terhadap tema sosial, budaya, dan politik. Kreativitas Eko terlihat dari cara ia memadukan elemen-elemen khas seni jalanan dengan gaya seni tradisional dan modern, menghasilkan karya yang penuh warna dan simbolisme. Ia sering mengeksplorasi masalah identitas dan ketegangan sosial melalui ilustrasi yang sarat makna, menggunakan berbagai media mulai dari mural, instalasi, hingga sulaman dan patung, dikemas menjadi humor dan ironi, menembus batas-batas medium dan menciptakan pengalaman visual yang unik dan mendalam, menyentuh tema global dengan kepekaan terhadap konteks budaya Indonesia.
Felix Tjahyadi Sebagai Pusat Ledakan
Persilangan SMM dan Eko Nugroho tak akan terwujud tanpa Co-Creative Director yang krusial, Felix Tjahyadi. Ia dengan kalemnya berhasil menggawangi ledakan kreatif yang mencengangkan, yang membuat fashion dan seni di level baru yang bakal sulit dijangkau pemain lain. “Untuk koleksi ini, saya dan Chitra ‘mengunjungi kembali’ kain-kain koleksi archive Sejauh Mata Memandang dari 10 tahun lalu yang ditransformasi menjadi koleksi busana istimewa dengan beberapa proses, di antaranya pakaian yang dikreasikan tanpa pemotongan kain sebagai bentuk apresiasi terhadap wastra serta kreasi patchwork menggunakan kain perca, kain kurang sempurna (reject), dan kain sisa produksi sebagai upaya mengurangi limbah dan jejak karbon.”
Bertanggung Jawab Bersama Para Mitra Artisan
Koleksi SMM ini menampilkan 30 looks yang pada proses produksinya, SMM secara konsisten menerapkan prinsip sirkularitas sebagai fokus utama, menggunakan material dan proses yang bertanggungjawab yang melibatkan sejumlah mitra produksi SMM dan Studio Sejauh di berbagai daerah di Indonesia, antara lain material TENCEL yang diproses cetak digital menggunakan pewarna buatan bersertifikat ECO PASSPORT by OEKO-TEX® yang dikerjakan oleh mitra pengusaha printing tekstil di Tangerang, Banten, katun dengan teknik cetak saring (hand screen-print) dikerjakan oleh mitra artisan di Denpasar, Bali, batik tulis yang dikerjakan oleh Mugi Batik di Pekalongan, Jawa Tengah, batik cap yang dikerjakan oleh mitra artisan batik di Banyuwangi, Jawa Timur serta coffee leather M-Tex yang terbuat dari limbah kulit kopi yang diproses dengan bantuan bakteri produksi Bell Living Lab di Bandung, Jawa Barat.
Dukungan Sahabat Sejauh
Pertunjukan koleksi busana ini juga turut didukung oleh sejumlah jenama dan Sahabat Sejauh, di antaranya musik oleh Noni Dju dan Efek Rumah Kaca, 3D visual oleh Randy Rais, sepatu khusus dari Sepatu Compass, aksesori rotan dari CVP dan Urban Quarter, aksesori material daur ulang desain 3D dari Chin Chin by Xue Qin & Peng You, eksplorasi material upcycle perca dari Kitabisa Design, aksesori dari Lievik Atelier, aksesori khusus dari Litany, aksesori rajut yang dikerjakan secara kolektif oleh Naradiya, Volen Artspace, Agatha Chandra, Merry Apsari, Tarlen Handayani, dan Palupi Kinkin serta aksesori tas rajut dari Toja.