Asia Pacific Rayon atau APR yang berada dibawah payung group Royal Golden Eagle, yang beroprasi dari tahun 2019, membuktikan keseriusan komitmennya dalam mengembangkan industri fashion. Lebih jauh dari itu, APR menjadi pelopor dalam mengembangkan serat viscose yang ramah lingkungan sebagai bahan baku kain untuk digunakan pada industri fashion. Ini merupakan wujud dukungan APR dalam mencari solusi berkelanjutan dalam industri fashion Indonesia, yang dimulai dari hulu oleh APR.
Dan ini saya sasikan sendiri pada saat kunjungan ke pabrik APR di Pangkalan Kerinci, Riau, Sumatra, pada akhir Juli lalu. Kunjungan ini adalah salah satu program APR untuk meningkatkan kesadaran industri fashion Indonesia dalam penggunaan material alam yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Saya menyaksikan bagaimana APR memulai pengolahan serat viscose ini dari benih Akasia dan Eucalyptus, hingga saat dipanen kemudian diolah menjadi bubur kayu yang kemudian menjadi senyawa selulosa dan ahirnya menjadi serat viscose seperti kapas, yang siap dipintal menjadi benang.
Proses pengolahan ini paralel dengan riset yang tidak pernah berhenti, dengan standar tinggi serta menggunakan mesin-mesin mutakhir. Begitu juga dengan sumber daya manusia yang direkrut sesuai dengan keahlian masing-masing. Prinsip berkelanjutanpun berjalan bukan hanya pada cara pengolahan dan oprasional pabrik, tapi juga pada setiap individu juga ditanamkan gaya hidup ramah lingkungan, yang memungkinkan mereka untuk menjadi duta kecil di mana mereka tinggal dan bersosialisasi.
Pada kunjungan ini, saya diajak untuk melihat benih pohon Akasia dan Eucalyptus yang dikembangkan untuk menjadi bibit di nursery APRIL atau Asia Pacific Resources International Holding (induk perusahaan APR). Bibit – bibit ini ditanam untuk mengganti pohon-pohon yang sudah ditebang, dengan masa panen lima tahun, masa yang lebih singkat dari apabila pohon ini ditanam di negara empat musim yang memakan waktu hingga 80 tahun. Perkebunan Akasia dan Eucalyptus ini dibatasi dengan hutan endemi setempat, untuk membuat satwa yang berada di area tersbut tetap memiliki habitat.
Selain itu, APR juga membina berbagai jenis UMKM terutama yang bergerak di bidang fashion. Membina dengan cara membantu memberikan beasiswa sekolah desain atau bekerjasama dengan medorong UMKM mengeksplorasi material viscose sebagai bahan dasar untuk membuat kain tenun songket. Juga membantu mengembangkan batik lokal yang sesuai dengan filosofi Pangkalan Kerinci dan Riau dengan menggunakan kain campuran viscose yang ramah lingkungan. Kemudian juga membantu kreatif lokal untuk bisa ikut berpartisipasi di arena fashion yang lebih luas seperti di Jakarta dan daerah lainnya di Indonesia.
Komitmen ini, yang mungkin tidak saya temukan pada perusahaan sejenis, komitmen melindungi tanah, hutan dan habitatnya, yang mana juga mungkin belum diketahui oleh pemilik label fashion, adalah usaha besar untuk menularkan pada semua elemen industri fashion. Mulai dari industri kain dan konveksi, pembuat pakaian, desainer fashion hingga pengguna fashion atau konsumen. Usaha ini juga untuk memberikan informasi pada konsumen fashion, untuk memulai dan meneruskan prinsip berkelanjutan ini demi keselamatan generasi penerus.