Setelah Christian Dior membuat gelombang fashion besar di tahun 50an dengan wabah New Look, masuklah masa transisi gaya hidup di akhir dekade 60an. Saat itu demand fashion mulai meluas, membuat rumah-rumah mode mendapat tantangan baru untuk bagaimana caranya pakaian bisa mudah diprodruksi dan direproduksi. Tahun 1967 lahirlah Miss Dior, lini ready-to-wear yang dipercayakan kepada Philippe Guibourgé, asisten dari Marc Bohan, head designer Christian Dior kala itu. Philippe langsung melesat dengan ide-ide yang modern, muda, structured, minimalis khas 60s, pakaian-pakaian yang bukan untuk pesta-pesta elegan, tetapi pakaian-pakaian untuk menjelajahi gaya hidup spontan, nonton konser, ke pameran seni, menyaksikan karya arsitektur, ‘ngopi-ngopi’ dengan croissant, sembari menyambut datangnya imajinasi futuristik ala dekade tersebut. Momen-momen inilah yang dibangkitkan kembali oleh Maria Grazia Chiuri, Creative Director rumah mode Dior saat ini. Momen yang membuktikan bahwa Dior sudah pernah modern sebelum modernitas mendarat luas di muka bumi.
Je t’aime dan modernitas untuk menikmati diri sendiri
Koleksi ini merayakan kembali siluet dan bahan-bahan yang dikibarkan butik Miss Dior dulu. Rancangan-rancangannya antara lain, outer seperti trench coat, mini peacoat, trench coat lengan pendek, rok-rok mini dengan hip rendah, dan sweater turtle neck. Teknik tailoring yang presisi menjadi teknik penentu modernitas yang ingin dicapai. Aksen graffiti bertuliskan Miss Dior dibubuhkan dengan ukuran yang besar hampir menutup seluruh jaket dan rok. Pada dasarnya, koleksi ini mengajak untuk tampil modern, simpel, menikmati hidup tanpa niatan untuk steal the thunder, crying for attention, menikmati keberadaan diri sendiri dengan tenang. Fashion show diiringi lagu mega hits, berjudul “Je t’Aime… Moi Non Plus”, dinyanyikan duet oleh Serge Gainsbourg dan Jane Birkin, khusus untuk Brigitte Bardot di tahun 1969. Sebagai rasa penegas eksisteni modernitas, Maria Grazia Chiuri menghiasi arena fashion dengan sesuatu yang berkesan tribal, hal-hal yang kesannya belum tersentuh modernitas. Hiasan tersebut adalah karya instalasi seniman India, Shakuntala Kulkarni. Sajian yang merentangkan paradoks tribal dan modernitas yang membuat kita paham kemana arah fashion yang akan ditebarkan, dan posisi mana yang akan kita pilih. Salut