Seorang pujangga Prancis, Charles Baudelaire, pernah bilang; “Le noir est l’uniforme de la démocratie”, yang artinya, “hitam adalah seragamnya demokrasi”. Charles telah wafat hampir 200 tahun yang lalu, namun kalimatnya tersebut menjadi relevan lagi saat ini, di saat semua warna-warna primer sudah menjadi warna simbol kepartaian, dan kita kehabisan pilihan dan dengan mudah terafiliasi dengan salah satu partai. Tinggal satu warna yang tersisa, warna hitam, sehingga warna inilah satu-satunya warna yang merdeka, mandiri, elegan, chic, berwibawa, misterius, timeless. Petikan kalimat Charles Baudelaire di atas, menjadi kalimat pembuka di dalam siaran pers rumah mode Valentino saat meluncurkan koleksi terbaru Valentino fall/winter 2024-25 di Paris Fashion Week. Koleksi ini pun diberi nama Valentino Le Noir, atau Valentino HItam, semuanya benar-benar berwarna hitam legam, menggunakan bahan-bahan seperti tulle, velvet, crêpe, chiffon transparan, dan leather, berhiaskan aksen seperti rosettes, ruffles, embroideries, dan lace. Masing-masing rancangan dibuat berjiwa muda dan modern, alias menjauh dari kesan ballgown. Pakaian serba mudah dikenakan, ringkas.
Syahmedi Dean
Syahmedi Dean adalah seorang penulis yang telah menerbitkan sejumlah buku dan juga seorang jurnalis Mode dan Seni. Ia sudah meliput London Milan Paris Fashion Week sejak tahun 2000. Ia lulus dari Fakultas Seni Rupa Isntitut Seni Indonesia Yogyakarta, Program Studi Desain Komunikasi Visual. Kemudian memulai karir jurnalistik di majalah Femina tahun 1996, lalu berturut-turut menapak naik ke media-media terkemuka nasional seperti majalah Harper’s Bazaar Indonesia, majalah Dewi, majalah SOAP, Harian Media Indonesia, dan majalah Estetika. Dengan segenap perjalanan karirnya, kini ia menjadi Co-Founder dan Editorial Director LUXINA.