Beberapa jenama fashion di Milan berspesialisasi pada motif print, salah satunya, yang terus melesat, adalah ETRO. Keriaan motif print mereka, sejak dipegang oleh direktur kreatif Marco De Vincenzo, semakin bertambah ‘berani’, unpredictable, sesuai dengan pemikiran fashion modern yang tak terduga, tetapi tetap wearable khas jenama-jenama Milan. Untuk koleksi kali ini, Marco membongkar semua arsip motif Etro, memilih-milih, dan menabrakkannya secara radikal, memanfaatkan trend gaya boho-dressing dari era tahun 70an, dengan kenyamanan styling gaya tahun 90an. Outer pelindung untuk musim dingin sebagian diganti dengan kain-kain panjang yang dikemul rapat menyelimuti tubuh, motifnya kotak-kotak ala kain sarung, gaya kemulnya mengingatkan pada gaya utilitarian di datarang tinggi semacam di Berastagi, Dieng, atau Bromo, di Indonesia. Selain motif sarung, ETRO juga kaya akan motfi floral, yang dijadikan gaun-gaun Boheme yang lebar melayang. Motif argyle dibuatk gaun panjang, berhiaskan flora 3D yang diletakkan tepat di tengah motif wajik (argyle). Bahan-bahan tweed yang semakin popular, dijadikan jaket-jaket yang boyish dan oversaized.
Foto: Filippo Fior / Gorunway.com