Mantan pesepak bola asal Jepang, Hidetoshi Nakata, melakukan perjalanan dan menemukan jalan kehidupan yang dicarinya. Ia membagi kiat sukses dan kecintaannya pada sake.
Mantan pesepak bola asal Jepang, Hidetoshi Nakata, melakukan perjalanan dan menemukan jalan kehidupan yang dicarinya. Kepada Best Life, ia membagi kiat sukses dan kecintaannya pada sake.
Hampir sembilan tahun setelah pengunduran dirinya dari dunia sepakbola, nama Hidetoshi Nakata sebagai pemain bola terbaik asal Jepang, tetap menggema. Hide, yang memulai terjun ke dunia sepakbola pada usia 18 tahun, memiliki jenjang karir yang bisa terbilang sukses.
Sejak 1998 ia berkeliling dunia menggunakan jersey berbagai klub di liga eropa seperti Roma, Perugia, Parma, Bologna dan Fiorentina. Tak cukup itu, perannya dalam membela tanah kelahirannya di tiga Piala Dunia juga tetap dilakukannya. Namun di tengah puncak karir, Hidetoshi malah mengambil keputusan yang mengejutkan yakni mundur dari dunia yang melambungkan namanya tersebut.
“Saya sempat kecewa dengan karir saya di dunia sepak bola dan sebenarnya saya merasa belum menunjukkan pencapaian terbaik dari diri saya. Buktinya Jepang tidak menjadi juara dunia,” ujarnya tegas. Dalam kunjungannya ke Jakarta kali ini, Best Life menemui sang pesepakbola legendaris ini dan mengupas kisah suksesnya dalam menjalankan bisnis terbarunya, Sake.
Di usianya yang ke-39, Hidetoshi terlihat masih menawan. Sore itu ketika kami menemuinya di Rosso, Shangri-La Jakarta, Hide tampil kasual. Tak terlihat raut wajah lelah di usia ke 39 tahun. Namun dari raut wajah itu, tampak seakan ia tak ingin mengupas lebih jauh tentang masa lalunya.
“Saya tidak mengetahui perkembangan dunia sepak bola dan terus terang tidak ingin tahu, meski hingga kini tetap mencintainya.”
Hidetoshi lalu menghela nafas, berhenti berbicara dan nampak ragu untuk bercerita lebih jauh.
“Hari demi hari saya habiskan dalam berkompetisi di dunia sepakbola. Di sanalah saya lalu mengetahui bahwa olahraga yang memiliki ruang di hati para penggemarnya ini telah menjadi lahan bisnis yang besar,” lanjutnya.
“Saya bisa merasakan bahwa sebuah tim bermain hanya untuk meraih keuntungan. Esensi dari olahraga sepakbola yang seharusnya berkompetisi secara sehat dan bersenang-senang, kini telah hilang. Ini adalah salah satu alasan besar mengapa saya pensiun di usia 29 tahun.”
Tidak ada perubahan besar dari proporsi tubuh pria kelahiran Kofu Jepang itu. Meski sudah tidak aktif darii dunia olahraga, ia masih bisa menjaga berat badan tubuhnya dengan baik. Semenjak pensiun, Hidetoshi terlihat semakin flamboyan dan beberapa kali tampil sebagai model, bahkan dipercaya menjadi ambassador beberapa merek fashion ternama, termasuk Calvin Klein.
“Saya tidak punya tip khusus dalam menjaga bentuk tubuh apalagi menjaga kesehatan. Saya berolahraga ketika saya mau, makan apa yang saya inginkan dan merasa bersyukur jika masih ada yang mengapresiasi bentuk tubuh saya saat ini,” katanya.
“Satu yang pasti adalah Anda harus mampu mengontrol dan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh tubuh Anda. Saat Anda lapar, makanlah. Ketika Anda haus, Anda harus minum dan jika Anda merasa perlu berolahraga, ya lakukanlah.”
Hidetoshi Nakata seakan tidak ingin menyimpan rahasia penampilannya yang bugar. Semua kunci yang diberikannya terdengar sederhana dan mudah dilakukan. Dan yang terpenting, kendali memang harus berada di tangan kita.
Sosok Hidetoshi memang terbilang unik. Namun yang lebih unik, siapa sangka bahwa sebagai orang Jepang, Hidetoshi ternyata tidak mengenal tanah kelahirannya dengan baik.
“Ya, saya pernah tinggal hampir sepuluh tahun di Eropa dan di sana banyak relasi yang menanyakan tentang adat istiadat, kebiasaan dan kebudayaan bangsa Jepang kepada saya. Saat itulah saya menyadari bahwa saya tidak tahu banyak tentang negeri saya.”
Hidetoshi kemudian membulatkan tekad dan mengambil langkah serius dengan pergi menjelajahi 47 prefektur di Jepang. Dalam perjalanan inilah dia menemukan keindahan tersembunyi dari budaya Jepang. Bagaimana masing-masing prefektur ternyata memiliki keunikan adat istiadat, bagaimana menghormati craftmanship dan mengenal sake.
Dari ribuan merek sake di Jepang, Hidetoshi belajar secara langsung dari dua ratus pembuat sake. Dan di sinilah ia menemukan jalan hidupnya. Keseluruhan pengalaman dan dokumentasi dari perjalanan Hidetoshi tersebut tertuang dalam website-nya, Revalue Nippon (nakata.net/rnp).
“Saya suka travelling dan saya sangat mencintai Jepang dengan segala budayanya termasuk sake. Khusus yang satu ini saya memiliki mimpi yakni dapat menikmati sake di belahan dunia manapun dengan citarasa dan pengalaman yang benar-benar memiliki ciri khas Jepang. Ini adalah warisan yang kini ingin saya sebarkan. Saya ingin meninggalkan sebuah merek yang mampu menjadi bagian dari diri dan mencerminkan perjalanan hidup saya secara keseluruhan,” ujarnya.
Kini sake, “N” yang berarti Namasake telah menjadi pilihan nikmat bagi para pecinta sake yang mencari minuman tradisional Jepang yang bercitarasa kuat namun juga ringan. Tak hanya itu, sebagai bentuk kecintaannya terhadap sake, Hidetoshi juga merilis aplikasi Sakenomy yang mengulas tuntas mengenai dunia sake lengkap bersama ribuan jenis sake, layaknya sebuah buku panduan.
Tersirat nada getir sekaligus rasa percaya diri ketika kami tanyakan kepada Hidetoshi mengenai kunci kesuksesannya.
“Saya adalah orang yang menyukai penderitaan dan belajar darinya,” katanya. Jelas sebuah pernyataan yang mengejutkan karena sebagai seorang juara dunia sekelas Hidetoshi, mengalami ketidaknyaman hingga penderitaan tentu menjadi sebuah pertanyaan lebih lanjut.
“Maksud saya adalah, saya sering menempatkan diri ke dalam zona tidak nyaman. Dengan begitu saya mampu bekerja lebih keras, berusaha lebih giat dan menciptakan kesuksesan dengan sempurna,” kata Hidetoshi.
“Coba saja jika Anda terpaku pada zona nyaman. Maka tidak akan ada lagi yang bisa Anda perbuat di sana. Lagi pula, menurut saya, kenangan yang paling Anda ingat sepanjang masa adalah kenangan mengenai penderitaan, kenangan mengenai kegagalan dan kenangan yang menyakitkan bagi diri Anda. Untuk itulah saya menempatkan diri untuk terus berada dalam zona yang tidak nyaman dengan begitu saya akan terus berusaha, terus mencoba sesuai dengan karakter yang saya miliki dan inilah hasilnya,” tutup Hidetoshi sambil tersenyum lebar.
Photo Courtesy of Senatus.net