Di antara semakin berjayanya local brand, dan wastra Indonesia semakin digemari di ‘rumah sendiri’, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) tampil membesut hal kepustakaan yang berkaitan dengan wastra Indonesia. Perpusnas menyelenggarakan acara Anugerah Buku (Pustaka) Terbaik 2020, acara yang sangat ditunggu-tunggu oleh banyak penulis yang tersebar di seluruh nusantara. Penghargaan buku ini memiliki enam kategori, salah satunya yaitu kategori Kerajinan Tangan. Buku yang menghadirkan wastra masuk dalam kategori Kerajinan Tangan, di kategori ini terpilih buku ‘Seni Batik Indonesia’ karya S.K. Sewan Susanto; ‘Pesona Kain Indonesia Tenun Gedog Tuban’ karya Threes Emir dan Samuel Wattimena; ‘Songket Minangkabau The Tapestry of West Sumatera’ karya Christina M. Udiani dan Riza Mutia; ‘The Art of Embroidery Designs’ karya Yuliarma’; ‘Macramé Kreasi Tali Untuk Dekorasi Rumah’ karya Agnes Hansella; dan ‘Tenun Doyo dan Sulam Tumpar Seni Wastra Kutai Barat’ karya Syahmedi Dean dan diproduseri oleh Lia Candrasari. Ke enam buku terbaik nasional kategori kerajinan tangan ini dipilih oleh dewan juri yang terdiri dari: Dra. Lucya Dhamayanti, M.Hum. (Pakar Perpustakaan), Ranti Kartakusuma, BBA. (Pakar Kerajinan Tangan), Runti Rani, SE Praktisi (Kerajinan Tangan), Aloysius Baskoro Junianto, S.Sn.MID (Akademisi), dan Setyo Untoro, SS.M.Hum (Penyuluh Bahasa).
Dikenang Hingga 1000 Tahun
Dalam sambutannya, Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengapresiasi para penulis. Ia menyatakan para penulis akan selalu dikenal namanya, melintasi zaman. “Jadi sungguh berbahagia bagi bapak dan ibu yang telah menulis karena seribu tahun pun Anda telah tiada, Anda akan dikenang dengan buku yang Anda tinggalkan,” jelasnya. Syarif Bando menegaskan buku merupakan simbol peradaban. Kehidupan masyarakat dunia dari masyarakat nomaden ke modern berubah seiring dengan bahan bacaan masyarakat. Semakin berkualitas bahan bacaan masyarakat, maka semakin tinggi peradaban suatu bangsa. “Oleh karena itu kami memberikan tempat kepada penulis. Saya memang tidak pernah melihat Abraham Lincoln. Tapi saya bisa berteman dengan beliau melalui buku-bukunya yang saya baca. Saya tidak pernah melihat Napoleon Bonaparte, kenal secara fisik Mahatma Gandhi. Tapi tokoh-tokoh dunia itu menjadi teman, mempengaruhi kehidupan dengan membaca kebijakan, kearifan, dan keputusan yang diambil dalam hidupnya,” urainya di website Perpusnas. Karenanya Syarif menegaskan, negara melalui Perpusnas hadir di tengah masyarakat untuk menyatakan pentingnya kehadiran buku di antara masyarakat. Selain kategori Kerajinan Tangan, kategori lain adalah kategori Kopi; Pelayanan Publik; Pendidikan Anak Usia Dini, Arsitektur, dan Kewirausahaan.