Kalau kalian penggemar foto-foto fashion, kalian akan segera akrab dengan bidikan-bidikan fotografer Mikael Aldo, yang sedang meluncurkan photobook perdananya berjudul PROPHECY (sekaligus beberapa foto dipamerkan). Aldo membuat komposisi, tone pilihan warna, bahasa tubuh, beautiful soft skin, hingga ke ketegasan garis prespektif, begitu fashionable. Yang membedakannya adalah misi visual yang dibawakan, Aldo memaparkan apa yang ia cari dalam mengekspresikan emosinya lewat bahasa visual fotografi. Hasilnya, dari sudut mata kita yang gamblang, ia memaparkan visual yang mysteriously sexy, dalam strategi lighting yang redup romantis, menampilkan sosok-sosok bertubuh indah.

Remang Romantis dalam Prophecy
Pameran berlangsung di Artsphere Gallery Jakarta Selatan. Tata pameran diatur oleh Sigit D. Pratama, yang dengan cerdasnya membuat suasana semakin remang. Ruang Artsphere yang selama ini terang benderang, kali ini syahdu, Sigit mengatur cahaya ruang menjadi lembut dengan tembakan silang yang tidak mengarah ke foto, sehingga tidak ada refleksi lampu di permukaan foto yang glossy ketika kita berdiri berhadapan. Permukaan foto yang reflektif ini membuat bayangan diri kita berdiri gelap misterius di dalam foto. “Kami ingin melibatkan pengunjung pameran, maka kami tidak mencetak foto dengan format matte, agar pengunjung bisa menjadi bagian dari foto,” ujar Sigit yang meletakkan cetak foto di atas kain satin transparan pada pintu masuk.

Antologi 80 foto dalam buku
Pameran ini adalah sebuah antologi visual yang menghadirkan 80 karya foto sebagai refleksi atas emosi, pertumbuhan, dan kebingungan Aldo. Buku ini tidak dimaksudkan untuk bercerita secara linear, melainkan menjadi peta perjalanan personal Aldo dalam mengeksplorasi lanskap batinnya. Dengan gaya hazy dan deep yang khas, setiap foto mengajak penikmat seni untuk menyelami lapisan emosi yang seringkali kontradiktif: antara kejernihan dan kegelapan, kerentanan dan ketahanan.

Teknik Konseptual dan Surreal yang Memikat
Aldo mengungkapkan bahwa PROPHECY menggabungkan pendekatan portraiture, still life, dan elemen surealis untuk menangkap emosi yang beragam. “Saya tidak ingin terpaku pada satu gaya tunggal. Setiap foto adalah eksperimen visual untuk menyampaikan perasaan yang berbeda,” jelasnya. Visual gelap yang mendominasi bukanlah simbol kesedihan, melainkan cara Aldo meresapi pengalaman retrospektif dan imajinasi. Bagi Aldo, fotografi adalah medium untuk memahami diri dan dunia.

Jejak Perjalanan Kreatif di Nusantara
Karya-karya dalam PROPHECY dipetik dari perjalanan Aldo ke berbagai sudut Nusantara, seperti Gunung Lawu dan Pantai Sawarna. Ia menekankan pentingnya spontanitas dalam proses kreatifnya. “Suasana di Gunung Lawu awalnya tidak saya rencanakan untuk series ini, tapi akhirnya menjadi salah satu foto terkuat,” kenangnya. Kolaborasi dengan kreator seperti Muhammad Khan dan Meidiana Tahir juga memperkaya narasi visual buku ini, sementara tatanan gaya oleh Hafiz Akhbar menambahkan dimensi artistik yang unik.
Awal dari Eksplorasi yang Lebih Dalam
Bagi Aldo, PROPHECY hanyalah permulaan. “Saya ingin menciptakan ruang bagi perasaan melalui fotografi—tempat orang bisa menemukan bagian dari diri mereka,” ujarnya. Photobook ini tersedia dalam dua edisi: The Core Edition (kolektor terbatas) dan The Layers Edition. Dengan fokus pada karya yang lahir dari ketenangan dan kedalaman, Aldo berkomitmen untuk terus menjelajahi dunia emosional yang belum terpetakan. PROPHECY bukan sekadar buku, melainkan undangan untuk melihat emosi sebagai sebuah lanskap yang bisa diarungi.

Siapa Mikael Aldo?
Mikael Aldo adalah seniman visual asal Indonesia yang karya-karyanya mengeksplorasi kompleksitas dan kedalaman emosional dari pengalaman manusia melalui fotografi konseptual dan portrait. Perjalanan artistiknya dimulai pada tahun 2012 lewat 366 Project, sebuah proyek foto harian selama satu tahun yang diunggah ke Flickr, yang memperoleh pengakuan internasional dari Adobe Photoshop serta My Modern Met. Di usia 18 tahun, Aldo telah menjadi fotografer profesional, menggabungkan fotografi dengan komposisi digital dan konstruksi narasi untuk membentuk bahasa visualnya yang khas—puitis, menggugah, dan penuh resonansi emosional. Melalui PROPHECY—buku foto perdana dan pameran tunggal pertamanya—Aldo menyingkap karya paling personal dan autentik dalam perjalanan artistiknya hingga saat ini.