Memotong rambut dan merapikan rambut menjadi kebutuhan sebagian besar pria urban di Indonesia. Setiap bulan sekali atau dua kali, mereka menyempatkan diri pergi ke barbershop untuk merapikan atau mengganti tatanan gaya rambutnya sesuai dengan karakter dan kepribadiannya. Sebuah coretan sejarah yang berkembang sejak munculnya seniman cukur di Indonesia.
Terinspirasi dari hal tersebut, guna mencari dan menemukan akar budaya potong rambut dan barbershop di Indonesia, Chief Company melakukan kampanye terbarunya bertajuk Chief Barber Voyage 2018; On a Mission Discovering the Origin di 20 kota di Indonesia selama 30 hari.
Marketing Director Chief Company Oky Andries menjelaskan, Chief Barber Voyage 2018 ini merupakan kelanjutan dari misi Chief Barber Voyage 2017 dalam memetakan perkembangan barbershop di Asia Tenggara, Eropa dan juga Rusia. “Sebagai barbershop terdepan Chief Company ingin memetakan sejarah, perjalanan dan perkembangan barbershop di Indonesia hingga masa sekarang ini sekaligus dapat menjadi tolak ukur perkembangan barbershop di Indonesia.”
Fatsi Hakim selaku Director Chief company mengungkapkan, Chief akan melakukan penjelajahan darat selama 30 hari dalam mencari akar barbershop di lebih dari 20 kota di Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa dan Bali. “Perjalanan ini akan mendokumentasikan perkembangan barbershop berkonsep modern di tanah air yang tumbuh secara pesat 5 tahun belakangan ini sekaligus menyandingkan cerita dibalik itu dengan barber/pangkas rambut tradisional serta menjawab menjawab tantangan dari pertanyaan apakah semua seniman cukur di Indonesia berasal dari Garut, ataukah Padang, Madura dan atau Tionghoa.”
Sejarah mencatat munculnya tukang pangkas rambut dimulai sejak 1677 saat terjadi konflik Amangkurat II dan pemberotakan DI/TII di Jawa Barat 1949-1950 yang menyebabkan terjadinya urbanisasi masyakarat ke luar derahnya mencari penghidupan yang lebih baik. Bahkan sumber sejarah di KITLV Belanda mengungkapkan bahwa tahun 1911 pangkas rambut dilakukan pemangkas rambut orang Madura di Surabaya dan 1931 orang tionghoa di Medan.
Berdasarkan fakta sejarah tersebut, Chief Barber Voyage 2018 akan menjelajah sejauh 3,168 kilometer di 20 kota di Indonesia diantaranya Medan, Padang, Palembang, Surabaya, Madura dan Bali serta singgah dibeberapa kota lain sepanjang perjalanan. “Dipilihnya kota-kota tersebut karena adanya indikasi kemunculan tradisi barbershop sekaligus perkembangan pesat barbershop berkonsep modern yang terlihat dari munculnya beragam barbershop yang menawarkan service dan gaya rambut dengan akar asal dari Garut, Madura dan Padang,” ungkap Fatsi.
Mensukseskan perjalanan Chief Barber Voyage 2018 di 20 kota di Indonesia, Chief Company sebagai salah satu barbershop terkemuka di Jakarta memilih kendaraan Sport Activity Vehicle (SAV) terbaru dari BMW yaitu The All-New BMW X3 sebagai partner berkendara.“The All-New BMW X3 merupakan representasi dari pria urban yang aktif, produktif, adventurous dan mengerti style yang sesuai dengan karakteristik dan kepribadiannya,” Jelas Oky.
The All-New BMW X3 hadir dengan kombinasi terbaik antara kemampuan on-road dan off-road. Dalam perjalanan selama 30 hari, 3 pulau dan menempuh jarak 3,168 km dengan rute yang menantang, kendaraan tangguh disetiap medan merupakan hal yang sangat penting dalam program ini. Selain itu keamanan dan kenyamanan serta desain maskulin sangat mendukung kelancaran program Chief Barber Voyage 2018 ditengah jadwal perjalanan yang padat.
“Melalui Chief Barber Voyage 2018 X BMW ini Chief Company berharap melalui ekpedisi 3,168 KM ini dapat memberikan gambaran dan manifestasi sejarah perkembangan barber culture di Indonesia sehingga kedepannya barbershop modern memiliki tolok ukur modern yang tetap berpijak pada local contents. Selain itu kedepannya kami berharap dapat juga melakukan perjalanan dan memetakan perkembangan barber culture dikota-kota lain,” tutup Fatsi.