Christian Dior adalah couture house. Jadi, koleksi apapun yang dibuat semua harus berbasis couture dan savoire faire. Termasuk koleksi pria dengan semua elemennya. Dan Kim Jones, direktur artistik Dior Men, dengan fasih mengimplementasikan couture sebagai referensi utama pada setiap koleksinya di rumah mode ini. Termasuk pada koleksi fall/ winter 2020/ 2021 yang memperingati sosok ikon fashion Inggris dan terkenal di Eropa, Judy Blame. Sedikit tentang Judy Blame, ia adalah fashion stylist, desainer dan ikon punk yang banyak berkontribusi untuk majalah i-D dan beberapa leader brand seperti Louis Vuitton dan Rei Kawakubo-Comme DesGarcon. Judy dikenal dengan gaya punk-nya yang bisa memakai elemen apa saja untuk dijadikan aksesori, yang paling terkenal adalah aksesori peniti buatan tangannya atau safety “pin-diy” buatan Judy Blame. Beberapa koleksi aksesorisnya juga permah dijual di Dover Street, London.
Bayangkan, Kim Jones membuat koleksi bertema punk dengan teknik couture yang harus terlihat modern dan wearable. Ini adalah mix of everything antara masa lalu (past), masa kini (present) dan rumah couture Dior. Untungnya, kreatifitas Kim Jones tidak tergoyahkan dan selalu ada jalan. Persis MacGyver, serial detektif tahun 90-an yang tidak pernah kehabisan akal.
Untuk koleksi ini, Kim Jones masih mengutamakan tailoring, stelan jas (bar jaket Dior), jas panjang, trench coat dan tappered pants, yang merupakan potongan kunci pada koleksi ini. Ditambah dengan sweater ber-efek distress berkesan grunge dan overuse. Pada look pertama sebagai pembuka, terlihat turtle neck dengan embelishment mengintip dibalik coat sutra berwarna baby blue yang dipasangkan dengan pantalon pinstripe, motif kesukaan Monsieur Dior. Pada bagian depan kiri, Kim Jones menyematkan stola dengan warna sama tapi dibentuk seperti bunga mawar sehingga menjadi seperti detachble flower pin. Ini adalah look yang sangat kuat dan mewakili dari keseluruhan koleksi. Seterusnya, setiap look adalah kejutan demi kejutan yang mengungkap betapa Christian Dior mengagungkan desain arsitektur yang digabungkan dengan motif-motif paisley Persia dan bordiran tangan hingga ditutup dengan stelan hitam berjubah berhiaskan embelishment dari bahu hingga sebatas pinggang. Kim Jones juga memperbesar motif Toile de Jouy menjadi motif pada sweater dan yang menyetak ulang motif koran Dior yang pernah dibuat pada era John Galliano pada kemeja.
Efek-efek kemeja yang diikat di pinggang (gaya punk) sebenarnya adalah kemeja panjang yang dipakai dibawah sweater dan jaket, sehingga efek sisa kemeja yang keluar hingga lutut menghasilkan tampilan berbasis punk. Kemudian permaianan scarf yang dibiarkan menjuntai panjang juga memberikan hasil akhir punk di level luxury. Warna-warna pastel baby blue, abu-abu, coklat camel, biru tua dan palet utama pada koleksi ini diatas bahan ficuna, rajut, sutra dan kulit. Kim Jones sangat kuat dalam hal mengolah bahan sehingga bisa menciptakan bahan baru.
Kim Jones membuat postman bag dan ransel dari material Dior oblique dengan teknik tapestry dalam kombinasi warna camel-biru navy yang mengambil referensi bentuk saddle bag. Termasuk pada Briefcase hingga tas kamera, dibuat dengan format yang lebih tegas. Aksesoris topi dengan model baret ditambahkan dengan pin metal dan emas, begitu juga pin pada bar jaket, dibuat berjuntai, serta sarung tangan dengan efek kerut sepanjang siku, referensi dari Judy Blame, ikatan dasi, hingga anting ala punk. Sepatu dibuat dalam variasi formal dengan model Chelsea boots, yang bagian karet kiri kanan mengandundung motif oblique dan zipper. Sehingga celana tapperd sepanjang mata kaki mampu mengekspos sepatu juga. Setiap detil dan efek, dipikirkan Kim Jones dengan sangat matang.
Terkahir, cast model terlihat 99% mendekati sempurna. Kim Jones sangat pintar mencari sosok model yang “Dior” dalam berbagai warna kulit. Pada saat model-model tersebut ready to hit the runway, dengan pakaian lengkap, mereka terlihat sangat “Dior”, bahkan pada cara jalan dan attitude.
Koleksi kali ini yang tidak berkolaborasi dengan siapapun, membuktikan Kim Jones adalah sosok kreatif jenius. Ya persis MacGyver, dengan apapun ia bisa membuat apapun. Panjang akal. Tanpa suntikan nama orang lain-pun, ia bisa menciptkan karya yang diinginkan. Terutama untuk pria yang paham akan kelas.
Foto: Dior & NowFashion