Bosan bicara pandemi, tapi apa boleh buat. Era ini tetap membuat kaum kreatif bereaksi, seperti Erdem yang selama masa lockdown di London menghabiskan waktu dengan membaca novel karya Susan Sontag tahun 1992, berjudul The Volcano Lover, tentang seorang wanita yang menikah dengan seorang volcanologist, yang tentu saja tinggal di antara pepohonan lebat dan tanah-tanah gembur. Erdem menciptakan gaun-gaun peasant dari mood abad ke 18, menggunakan bahan-bahan seperti muslin, organza, dan jacquard. Gaun-gaun peasant berlengan puff dan empire line, mewakili sisi feminine bagai Cinderella. Kemudian Erdem bergeser dengan teknik casual tailoring, menciptakan setelan outer tanpa lengan dengan penil skirt, atau setelan jaket dan celana, serta overcoat bermotif floral. Aksen pita-pita pengikat hinggap di tempat-tempat yang kurang awam, seperti di ujung bahu, di ujung kerah, dan di tepi bagian kancing cardigan. Pita-pita ini sebagian tak berguna, cukup ‘gengges’ kata orang Jakarta. Konsep koleksi Erdem ini cukup ‘manis’ di antara ketegangan kondisi dunia saat ini.
Foto: Erdem Moralioglu