Jakarta Fashion Week 2018, yang diadakan pada 21 – 27 Oktober lalu di Senayan City masih menyisakan sedikit euforia fashion di berbagai kalangan. Bukan hanya dari pekerja fashion itu sendiri, namun dari berbagai pilar yang banyak menggunakan fashion dalam pekerjaan dan keseharian.
Memfashion-kan Brand
Sekitar 70 jadwal fashion show selama satu minggu tersebut, menghadirkan insan lintas generasi dan lintas industri. Sebut saja Titik Puspa yang melenggok di peragaan busana Dian Pelangi yang disponsori oleh Wardah, atau Alghazali yang berswa-foto dengan telepon pintar Vivo di atas runway peragaan Danjyo Hiyoji.
Di sini, terlihat jelas semua industri ingin terlihat fashion dan memfashion-kan bran masing-masing. Produk yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan fashion-pun mengambil bagian pada ajang yang memang diakui sebagai ajang mode tahunan paling besar di Indonesia ini. Semua ingin terlihat stylish dan diakui oleh dunia dan insan fashion.
Ajang Kompetisi Fashion
Apakah se-begitu besarnya daya tarik fashion bagi setiap orang? Dapat terlihat dari antusiasme di perhelatan Jakarta Fashion Week tahun ini yang juga menggelar ajang Lomba Perancang Mode (LPM) Femina. Ini adalah sebuah platform terpercaya dalam melahirkan desainer bibit baru. Yang mana LPM sendiri memiliki kriteria yang sangat ketat terhadap penyaringan finalis hingga menghasilkan pemenang yang benar-benar siap untuk terjun di industri mode siap pakai. Pekan mode ini berhasil menciptakan sinergi baru antara pelaku dan penikmat fashion.
Lihat saja Barli Asmara, yang memeragakan hasil karyanya di Jakarta Fashion Week 2018 atas sponsorship Zalora.com, sebuah situs belanja online mengaku ia sangat tertantang dalam membuat koleksi siap pakai pertamanya ini. Menurut Barli, ia dipaksa (oleh Zalora.com) untuk menggunakan material yang lebih bersahabat harganya agar terjangkau dengan pembeli. Ini akan membuat label Barli berada di tingkat selanjutnya, ready to wear. Bukti bahwa produk pakaian siap pakai merupakan sumber pendapatan yang luar biasa.
Belum ada angka dan data pasti yang bisa dikeluarkan oleh Jakarta Fashion Week menyangkut transaksi bisnis dalam pekan mode ini. Karena secara harafiah, pekan mode merupakan pekan bisnis yang menguntungkan bagi pelaku, penikmat hingga pengamat mode. Namun bila melihat antusiasme berbagai eleman yang mendukung pekan mode ini, sebaiknya semua pihak mendapatkan keuntungan sesuai dengan porsi bisnis yang dijalankan.
Foto dok. Image.net