Selama 40 tahun, Biyan berkarya di industri mode Indonesia, memberikan pengaruh yang cukup besar dalam berbagai aspek industri kreatif, terutama mode itu sendiri. Tadi malam, di ballroom hotel Intercontinental Pondok Indah, Jakarta, melangsungkan annual fashion-nya yang juga sekaligus sebagai tanda 4 dekade keberadaannya memberi pengaruh pada fashion Indonesia.
Sejak eksisnya Biyan sebagai desainer mode, dengan area market wanita-wanita Jakarta Selatan dan Pusat yang memiliki selera mode berbeda seperti wanita pada umumnya, maka tanpa sadar dan perlahan hadir pula label/ desainer Indonesia yang beraliran ke-Biyan-Biyan-an. Ingin mengambil market, sudah pasti tidak mungkin, atau memberikan pilihan lain yang mirip? Lebih tidak mungkin. Tapi dari sini, terlihat sudah pengaruh Biyan yang begitu besar terhadap mode di Indonesia, baik dari penikmat dan pekerja mode. Kalau ini tidak bisa dibilang kesuksesan, tapi ini juga bukan kegagalan. Nama Biyan begitu membahana, mulai siswa sekolah mode yang bercita-cita ingin menjadi desainer mode, ibu-ibu pejabat, istri-istri pengusaha, hingga perempuan kaum wanabe. Biyan mampu membuat tas Lady Dior dan Hermès Constance berteman dengan pakaiannya. Atau stiletto Louboutin dan sepatu Chanel two tone sling back tetap terlihat proporsional dengan dress H line yang kaya akan motif dan tekstur. Kelebihan dan persona kreatif ini yang sepertinya tidak bisa didapatkan oleh setiap orang.
Untuk perayaan 40 tahun ini, Biyan membuat 125 look yang sebagian merupakan retrospektif dari koleksi terdahulu dari saat ia mulai berkarir. Termasuk kali ini, koleksi pakaian pria yang terlihat cukup dominan dan sangat menarik, menurut saya. Bahkan show ini dibuka dengan look pakaian pria oleh model Rizal Rama. Hal yang belum pernah terjadi sebelumnya pada fashion show Biyan. Untuk saya, koleksi pria Biyan hadir memberikan nafas yang berbeda dari jenama desainer Indonesia yang ada saat ini. Jauh dari kesan trendy tapi membuat pria terlihat chic dan stylish tanpa kehilangan identitas maskulin.
Saya tidak akan membahas eksekusi dan craftsmanship koleksi Biyan, sudah pernah dibahas dan rasanya tidak perlu diulang-ulang lagi. Semua pencinta Biyan pasti tahu seperti apa craftsmanship-nya. The next level-nya adalah, signature siluetnya yang begitu mudah dikenal, bahkan dengan perubahan panjang – pendek, volume, diskontruktif pada berbagai material halus melayang hingga bertekstur kasar dan kaku. Mungkin siluet ini seperti terlihat muncul terus di setiap koleksi tahunan, tapi mungkin juga disinilah karakter rancangan Biyan. Walau tahun ini, koleksinya kelihatan sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Suntikan gairah muda penuh inovasi pada motif dedaunan dan bunga yang dinamis dikawinakan dengan motif geometris yang statis, sehingga menimbulkan harmonisasi baru. Belum lagi semua hadir di atas ragam material dan elemen dekoratif yang sepertinya belum pernah ada dalam koleksi Biyan sebelumnya. Koleksi yang sangat eksploratif.
Dan yang lebih eksploratif lagi, adalah Biyan memilih musik live untuk mengiringi model berjalan. Dan ini juga adalah hal yang pertama kali dilakukan. Biyan memilih Mondo Gascaro sebagai konduktor musik yang kemudian membentuk orkestra berisi 9 musisi untuk membawakan karyanya yang baraliran klasik dengan format kontemporer untuk fashion show yang berlangsung hampir selama satu jam ini.
Pada saat berakhirnya fashion show, setelah finale, Biyan mengajak semua tim atelier-nya keluar dan bergabung untuk final bow. Ini merupakan apresiasi tertinggi dari Biyan Wanaatmadja pada tim yang ia sangat percayai. Cara apresiasi yang belum pernah dilakukan desainer mode lain di Indonesia, walau ini sebenarnya adalah hal yang sering terjadi pada rumah mode di Paris dan berdampak positif.
Selamat 40 tahun anniversary Biyan!
Foto dok. Biyan