Pada musim dingin tahun 1950, salju perlahan-lahan menyelimuti kota Paris, suhu dingin turun melengkapi deru hujan yang sebelumnya melesat ke depan café-café di dorong angin, menyingkap kot-kot beberapa wanita yang menelusuri jalan kota. Suasana winter, langit abu-abu rata, dipotret oleh fotografer Edouard Boubat. Di waktu yang bersamaan, seorang desainer yang sedang tenar menciptakan hal-hal baru di arena couture, Christian Dior, tak bisa diam dengan kreatifitasnya. Ia teramat bosan dengan bentuk jas yang dipakai umumnya laki-laki jetset di Paris dan London, boring to the max, ia pun mencari alternative baru, menggambar bentuk jas dengan menarik sisi depan jas sampai ke sisi samping pinggang, kira-kira seperti kimono. Setelah selesai, Dior memperkenalkan jas baru ini di fashion show koleksi autumn/winter 1950-1951 dengan nama Oblique suit.
Obligasi Kim Jones
Dekade demi dekade berlalu, Oblique suit hanya bergema di kalangan fashion, ketenaran kurang sehebat desain ‘new look’ yang diciptakan Dior. Namun ternyata si Oblique tidak mendekam di dalam arsip begitu saja, ia tahun berhasil kembali melesat. Kim Jones, Creative Director menswear, yang membuka kembali arsip Dior, mengangkatnya untuk masuk ke koleksi menswear spring 2019. Kim memberinya nama: Tailleur Oblique Suit, tentu dengan versi yang berbeda, dikenakan tanpa kemeja, dan dengan sneaker, sehingga tampil modern dan relevan dengan gempita kehidupan saat ini. Darren Criss, Rami Malek, Kenshi Okada, Gael Garcia Bernal, Michael B. Jordan, hingga Naomi Campbel, sudah ‘terbungkus’ Oblique dan elegant dari tampilan yang berbeda.
Foto: Dior